Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Senior Piter Abdullah mengingatkan Indonesia akan mengalami kontraksi ekonomi yang sangat dalam pada kuartal II/2020. Dia mengatakan Indonesia harus siap-siap menyikapi resesi ekonomi yang sudah terjadi di Singapura.
Seperti diketahui, Departemen Perdagangan dan Industri Singapura melaporkan produksi domestik bruto (PDB) terkontraksi 41,2 persen pada kuartal II/2020 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
"Banyak orang kaget Singapura mengalami resesi. Padahal, tanda-tanda itu sudah ada di depan mata. Resesi tidak terelakkan [di Indonesia]," katanya dalam webinar bertema "Langkah Penting Perbankan dalam Mendorong Bisnis UMKM di Masa Pandemi", Rabu (15/7/2020).
Dia menuturkan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II/2020 akan mengalami kontraksi sangat dalam. Pasalnya, pada periode tersebut, pemerintah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Menurutnya, PSBB benar-benar membuat aktivitas masyarakat melambat. Situasi kuartal II/2020 dan kuartal II/2020 atau year-on-year (yoy) sangat berbeda. Piter mengungkapkan situasi ekonomi pada kuartal II/2019 justru berada di puncak karena bersamaan dengan periode Puasa-Lebaran dimana konsumsi masyarakat meningkat.
"Kalau dibandingkan ekonomi pada kuartal II tahun lalu berada di titik puncak. Sementara itu, kuartal II/2020 akan ada koreksi yang sangat akibat PSBB," jelasnya.
Baca Juga
Mengacu pada kondisi tersebut, Piter memprediksi ekonomi Indonesia pada kuartal III/2020 tetap mengalami kontraksi atau minus. Meski demikian, dia menilai kontraksi tidak akan sedalam kuartal II/2020.
Definisi resesi mengacu pada kontraksi pertumbuhan produk domestik bruto suatu negara dalam dua kuartal berturut turut. Selain Singapura, ekonomi Jepang tenggelam ke dalam resesi pada kuartal I/2020 karena konsumen membatasi pengeluaran untuk kebutuhan pokok.
Berdasarkan data Departemen Statistik dan Sensus Hong Kong, ekonomi wilayah ini terkontraksi 8,9 persen pada kuartal awal tahun ini akibat krisis politik dan wabah Covid-19. Tak hanya itu, penurunan ekonomi kali ini juga menandai kontraksi selama tiga kuartal berturut-turut di Hong Kong sejak krisis global pada 2009. Ekonomi Hong Kong terkontraksi masing-masing 3 persen dan 2,8 persen pada kuartal III dan IV tahun 2019