Bisnis.com, JAKARTA - Peningkatan angka kemiskinan dari 9,22 persen pada September 2019 menjadi 9,78 persen pada Maret 2020 tak bisa dilepaskan dari dampak penyebaran Covid-19.
Ekonom Universitas Diponegoro (Undip) Wahyu Widodo menjelaskan dampak Covid-19 secara langsung sebenarnya belum terlalu signifikan, tetapi dampaknya tetap ada meskipun hanya dalam hitungan satu bulan.
"Dampak tidak langsung Covid-19 melalui pelambatan aktivitas produksi yang kemudian berujung pada lambatnya pertumbuhan ekonomi Kuartal I/2020 menjadi penyebab utama naiknya kemisknan per Maret 2020," kata Wahyu saat dihubungi Bisnis, Rabu (15/7/2020).
Wahyu mengungkapkan Covid-19 sudah berpengaruh ke perekonomian Indonesia sejak awal tahun 2020. Proses transmisinya tampak dari perlambatan perekonomian dunia baik melambatnya permintaan ekspor atau terganggunya impor bahan baku industri domestik dari negara-negara partner dagang yang terkena Covid-19.
Di sisi lain, konsumsi masyarakat kuartal I/2020 tumbuh hanya 2,84 persen, jauh lebih rendah dibandingkan Kuartal I/2019 5,02 persen, memberikan indikasi kuat pengaruh Covid-19 yang menyebabkan penurunan pendapatan masyarakat.
"Karena sudah mulai banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan baik formal maupun informal," jelasnya.
Baca Juga
Adapun, konteks pengaruh Covid-19 pada kemiskinan Maret 2020, belum pada level peyebaran dan parahnya Covid-19 di domestik, tetapi melalui transmisi sisi pendapatan akibat menurunnya aktivitas produksi dan pertumbuhan baik domestik maupun global.
Namun pemerintah perlu waspada, kondisi yang lebih memprihatinkan mestinya akan terjadi pada angka kemiskinan September 2020 nanti karena merupakan akumulasi dari melambatnya aktivitas produksi domestik, perekonomian dunia dan Covid-19.
"Saya kira dengan Covid-19 pemerintah sudah memperkirakan semua target-target makro ekonominya, dan harus ada revisi ke angka yang lebih realistis," tukasnya.