Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Author

Ryan Kiryanto

Kepala Ekonom Bank BNI

Ryan Kiryanto saat ini adalah Kepala Ekonom Bank BNI. Dia menyelesiakan pendidikan sarjana Manejemen Kaungan dari Fakultas Ilmu Sosial dan Pilitik (Fisip) Universitas Gadjah Mada dan meraih gelar Magister Manajemen dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Lihat artikel saya lainnya

Menjaga Mesin Ekonomi, Anggaran PEN harus Terserap Optimal

Efektivitas dan kualitas serapan anggaran PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) sangat menentukan untuk bisa menopang aktivitas ekonomi, sehingga pada kuartal ketiga dan keempat tidak terkontraksi.
Anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional Membengkak
Anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional Membengkak

Pada awal April lalu, pemerintah memulai tahapan rencana pembukaan sembilan sektor ekonomi dan penetapan 102 kabupaten/kota untuk pelaksanaan program masyarakat produktif dan aman Covid-19. Kesembilan sektor tersebut meliputi pertambangan, perminyakan, industri, konstruksi, perkebunan, pertanian dan peternakan, perikanan, serta logistik dan transportasi barang.

Pelaksanaan program hanya berlaku bagi daerah berstatus zona hijau dan tidak terdapat kasus Covid-19. Pemerintah daerah (pemda) di zona hijau diberikan kewenangan memulai pra kondisi atas tahapan rencana pembukaan sektor ekonomi.

Memasuki pertengahan Juni, beberapa provinsi melonggarkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan memberikan izin kepada beberapa sektor ekonomi memulai kegiatan usaha dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Harapannya tentu saja di tengah pembukaan kegiatan ekonomi tidak dibarengi dengan kenaikan angka kasus positif baru, sehingga kegiatan ekonomi bisa diperluas ke sektor-sektor ekonomi lainnya sesuai pentahapan yang sudah ditetapkan.

Sejauh ini perkembangan kurva kasus positif Covid-19 di sejumlah negara melandai (flattening the curve), disusul pembukaan aktivitas ekonomi terbatas. Di Italia sejak 4 Mei kegiatan ekonomi sudah dibuka untuk sektor konstruksi, manufaktur dan restoran dengan layanan terbatas. Lalu pada 1 Juni untuk bar, restoran dan salon.

Di Spanyol, mulai 4 Mei salon, bar dan restoran diizinkan beroperasi terbatas. Di Jerman, kegiatan ekonomi dimulai pada April, ditandai beroperasinya small shops, hardware stores and car dealerships. Di Swiss pada 27 April diawali beroperasinya hairdressers, garden centers, toko swalayan dan studio tato. Pada 11 Mei kegiatan ekonomi terkait dengan toko-toko pengecer, museum dan perpustakaan, restoran dan fasilitas olahraga dibuka.

Dibukanya kegiatan ekonomi tersebut mampu menjaga ritme perekonomian negara-negara tersebut meski tetap mengacu pada protokol kesehatan yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Angka purchasing manager index (PMI) di negara-negara Eropa merambat naik mendekati level 50 sebagai batas kenormalan kegiatan ekonomi suatu negara.

Tidak mudah menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah pandemi. Dirilisnya paket kebijakan stimulus fiskal di sejumlah negara menjadi solusi untuk memperkuat efektivitas kebijakan moneter longgar yang dirilis bank-bank sentralnya.

Di Amerika Serikat (AS), The Fed sudah menurunkan suku bunga acuan ke level 0,0%-0,25% sejak Maret lalu. Di sisi fiskal, pada 27 Maret lalu Pemerintah AS menerbitkan The Coronavirus Aid, Relief, and Economic Security Act (CARES Act) sebagai panduan penanganan dampak pandemi dengan anggaran US$2,3 triliun. CARES Act mengatur belanja darurat penanganan Covid-19, khususnya pengembangan vaksin, berbagai program jaminan sosial seperti unemployment benefit, bantuan langsung tunai bagi rumah tangga dan bantuan pangan, berbagai insentif dunia usaha, khususnya UMKM, dan penetapan unlimited Quantitative Easing (QE).

Pada prinsipnya, desain kebijakan stimulus penanganan pandemi di berbagai negara bersifat generik. Hal yang sama pun dilakukan Pemerintah Indonesia yang telah merancang kebijakan percepatan penanganan dampak pandemi dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan anggaran Rp695,20 triliun. Desain kebijakan ini dirancang untuk mencegah gangguan dari sisi pasokan dan permintaan.

Pertama, menstabilkan sisi konsumsi masyarakat melalui percepatan dan penguatan jaring pengaman sosial untuk kelompok miskin dan rentan (penyaluran subsidi sembako, bantuan sosial, kartu Pra Kerja, dan diskon pembayaran listrik). Lalu penguatan stimulus terkait dengan konsumsi masyarakat dengan fokus pada kelas menengah untuk mendukung kegiatan usaha pariwisata dan transportasi.

Kedua, menjaga arus investasi langsung melalui penyediaan insentif pajak, bea cukai, pelonggaran aturan pembiayaan ke segmen UMKM serta subsidi bunga. Ketiga, mendorong kegiatan di sektor perdagangan melalui pelonggaran aturan ekspor dan impor barang, penyederhanaan dan percepatan Sistem Logistik Nasional.

Dari total anggaran Rp695,20 triliun, biaya penanganan Covid-19 untuk sektor kesehatan sebesar Rp87,55 triliun, perlindungan sosial Rp203,90 triliun, insentif usaha Rp120,61 triliun, insentif UMKM Rp123,46 triliun, pembiayaan korporasi Rp53,77 triliun, dan untuk sektoral kementerian/lembaga Rp106,11 triliun.

Dengan adanya PEN diharapkan perekonomian nasional bisa tumbuh positif secara kuartalan dan tahunan, sehingga Indonesia tidak jatuh ke resesi. Pada skenario sangat berat, pertumbuhan ekonomi 2020 di level kontraksi -0,4%. Adapun pada skenario berat di level 1,0%. Sementara mayoritas lembaga internasional memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi berkisar 0,3%—0,5%.

Diperkirakan perlambatan ekonomi akan menambah angka pengangguran 4,03 juta orang hingga 5,23 juta orang dan dengan tambahan angka kemiskinan 3,02 juta orang hingga 5,71 juta orang. Untuk itu, efektivitas dan kualitas serapan anggaran PEN sangat menentukan untuk bisa menopang aktivitas ekonomi, sehingga pada kuartal ketiga dan keempat tidak terkontraksi.

Hanya saja, hasrat menggerakkan roda perekonomian tetap harus pada koridor protokol kesehatan. Pemerintah pusat dan daerah, pengelola korporasi dan mitra usaha, kalangan konsumen serta masyarakat umum punya tanggung jawab mendorong laju kurva pelandaian agar Indonesia segera terbebas dari pandemi Covid-19 dan bersiap siaga menuju era kenormalan baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ryan Kiryanto
Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper