Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Daya Beli Belum Pulih, Inflasi 2020 Diproyeksikan Sebesar 3 Persen

Peneliti Ekonomi Senior IKS Eric Alexander Sugandi mengatakan inflasi akhir tahun 2020 juga berpeluang lebih rendah dari prediksi di level 3,0% karena melihat perkembangan daya beli hingga Juni 2020.
Pekerja mengemas paket bantuan sosial (bansos) di Gudang Food Station Cipinang, Jakarta, Rabu (22/4/2020). Pemerintah menyalurkan paket bansos masing-masing sebesar Rp600 ribu per bulan selama tiga bulan sebagai upaya untuk mencegah warga tidak mudik dan meningkatkan daya beli selama pandemi COVID-19 kepada warga yang membutuhkan di wilayah Jabodetabek./ANTARA FOTO-M Risyal Hidayat
Pekerja mengemas paket bantuan sosial (bansos) di Gudang Food Station Cipinang, Jakarta, Rabu (22/4/2020). Pemerintah menyalurkan paket bansos masing-masing sebesar Rp600 ribu per bulan selama tiga bulan sebagai upaya untuk mencegah warga tidak mudik dan meningkatkan daya beli selama pandemi COVID-19 kepada warga yang membutuhkan di wilayah Jabodetabek./ANTARA FOTO-M Risyal Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Institut Kajian Strategis (IKS) Universitas Kebangsaan Republik Indonesia memprediksi inflasi Indonesia pada akhir tahun 2020 akan sebesar 3,0% secara year-on-year (yoy).

Peneliti Ekonomi Senior IKS Eric Alexander Sugandi mengatakan inflasi akhir tahun 2020 juga berpeluang lebih rendah dari prediksi tersebut.

"IKS memperkirakan inflasi di akhir tahun 2020 akan berada di sekitar 3,0% yoy, namun berpeluang untuk lebih rendah sampai ke 2,7% yoy," katanya melalui keterangan resmi yang dikutip Bisnis, Senin (6/7/2020).

Adapun pada awal Juli lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa inflasi pada Juni 2020 berada di angka 0,18% month to month (mtm). Secara tahunan, inflasi Juni 2020 adalah sebesar 1,96% yoy.

Penyumbang terbesar inflasi pada Juni 2020 adalah kenaikan harga di kelompok bahan makanan, terutama daging ayam ras dan telur ayam ras.

IKS melihat bahwa inflasi Juni 2020 lebih disebabkan oleh tekanan dari sisi pasokan karena gangguan distribusi barang sehubungan dengan pembatasan mobilitas orang dan barang antarprovinsi selama masa kenormalan baru (new normal).

"Walaupun ada tekanan inflasi dari sisi permintaan dengan mulai dibukanya 9 sektor perekonomian, namun tekanan inflasi dari sisi permintaan masih lemah karena masih tertekannya daya beli rumah tangga," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper