Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hadapi Kenyataan, Proyeksi Lifting Migas Bakal Terus Merosot

Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman menyebutkan tanpa adanya pengembangan dan kerja sumuran, decline rate pada produksi migas dalam negeri bisa melebar hingga di atas 20 persen - 30 persen per tahun.
Fasilitas CPP milik Saka Energy. Istimewa/SKK Migas
Fasilitas CPP milik Saka Energy. Istimewa/SKK Migas

Bisnis.com, JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyebutkan bahwa produksi siap jual atau lifting minyak dan gas bumi bakal terus merosot apabila tidak ditemukannya temuan besar.

Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman menyebutkan bahwa produksi migas Indonesia setiap tahunnya mengalami decline sebesar 4 persen.

Menurut dia, tanpa adanya pengembangan dan kerja sumuran, decline rate pada produksi migas dalam negeri bisa melebar hingga di atas 20 persen--30 persen per tahun.

"Untuk bisa naik signifikan di atas sekarang, harus ada giant discovery. Seperti waktu Banyu Urip onstream full scale, langsung produksi melewati angka APBN," katanya kepada Bisnis, Selasa (30/6/2020).

Sementara itu, Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengatakan bahwa guna menggenjot kinerja lifting migas, pihaknya bakal terus mengupayakan pemberian insentif-insentif atau stimulus-stimulus untuk keeekonomoian proyek atau program.

Menurut dia, upaya tersebut ditempuh agar proyek atau program kerja yang telah ditargetkan bisa benar-benar dilaksanakan.

"Demikian juga membantu percepatan persetujuan-persetujuan yang diperlukan oleh KKKS," jelasnya.

Di samping itu, dengan tren lifting migas yang terus merosot, pihaknya masih optismistis untuk target lifting migas 1 juta barel per hari masih bisa tercapai.

Menurut Julius, Indonesia masih memiliki waktu yang cukup untuk mengejar impian itu, tapi perlu perlu diikuti kerja keras dalam rangka mencari temuan-temuan lapangan migas yang besar.

"Kalaupun tidak giant ya ditemukan beberapa yang middle dan atau banyak yang kecil-kecil, tapi harapannya akan ditemukan 2-3 giant fields yang bisa economic untuk dikembangkan," ungkapnya.

Sebelumnya, Komisi VII DPR RI dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyepakati asumsi dasar makro sektor energi untuk Rancangan APBN 2021. Salah satunya asumsi harga minyak mentah Indonesia.

Dalam rapat kerja Komisi VII dengan Menteri ESDM Arifin Tasrif, Senin (29/6/2020), asumsi harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) dalam Rancangan APBN 2021 disepakati sebesar US$42-US$45 per barel.

Target lifting minyak dan gas bumi (migas) dipatok sebesar 1,68 juta hingga 1,72 juta barel setara minyak per hari (boepd).

Secara rinci, target lifting minyak dipatok pada kisaran 690.000-710.000 barel per hari (bopd) dan lifting gas bumi sebesar 990.000 boepd-1,01 juta boepd. Sementara itu, cost recovery ditetapkan senilai US$7,5-US$8,5 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper