Bisnis.com, JAKARTA — Aktivitas bisnis di pusat perbelanjaan atau mal dinilai masih tergolong rendah seiring telah dibukanya pusat belanja di sejumlah daerah termasuk di DKI Jakarta pada 15 Juni lalu sesuai pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan minimnya aktivitas bisnis ini sejalan dengan tingkat kunjungan mal. Padahal, pengelola telah menetapkan protokol kesehatan sesuai yang dianjurkan.
"Sesuai dengan prediksi, jumlah pengunjung sampai dengan saat ini rata-rata hanya berkisar 20 persen hingga 30 persen," katanya pada Bisnis, Kamis (25/6/2020).
Sementara itu, berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 51 Tahun 2020 pengunjung mal dibatasi hanya 50 persen dari kapasitas mal. Selain itu, belum semua penyewa atau tenant diizinkan kembali beroperasi.
Alphonzus yang juga CEO Retail and Hospitality Sinar Mas Land itu mengatakan bahwa belum gairahnya tingkat kunjungan ke pusat belanja di tengah dampak virus corona baru atau Covid-19 lantaran daya beli masyarakat masih tergerus.
"Daya beli masyarakat juga masih rendah karena kondisi perekonomian secara keseluruhan yang melemah, sedangkan tingkat penjualan masih sangat rendah dan tidak merata di semua toko. Masih didominasi belanja untuk kebutuhan rumah tangga," ujarnya.
Baca Juga
Pada saat bersamaan, kata dia, hal tersebut membuat kondisi keuangan pusat perbelanjaan masih sulit meski telah beroperasional kembali dengan adanya beberapa pembatasan seperti pembatasan jumlah pengunjung dan jam operasional.
Semua itu, menurutnya, menyebabkan keuangan operasional menjadi defisit karena pendapatan masih belum bisa menutupi biaya operasional, sehingga pihaknya masih tetap menanti adanya insentif dari pemerintah.
Namun demikian, dengan kondisi yang terjadi saat ini lambat laun pasar ritel diyakini pulih meskipun tidak akan benar-benar pulih secara maksimal.