Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Skenario Sangat Buruk OECD: PDB Indonesia Bisa Minus 3,9 Persen

OEDB memperkirakan ekonomi Indonesia bisa mengalami kontraksi -2,5 persen untuk skenario buruk dan -3,9 persen hingga akhir 2020
Presiden Joko Widodo memberikan amanat saat memimpin upacara peringatan Hari Lahir Pancasila secara virtual di Istana Bogor, Jawa Barat, Senin (1/6/2020). Upacara secara virtual itu dilakukan karena pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/BPMI Setpres/Handout
Presiden Joko Widodo memberikan amanat saat memimpin upacara peringatan Hari Lahir Pancasila secara virtual di Istana Bogor, Jawa Barat, Senin (1/6/2020). Upacara secara virtual itu dilakukan karena pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/BPMI Setpres/Handout

Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada akhir 2020 (full year) diperkirakan mengalami kontraksi sangat dalam, yaitu -2,5 persen hingga -3,9 persen jika wabah virus Corona (Covid-19) tidak tertangani secara optimal.

Prediksi tersebut dikeluarkan oleh The Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD) dalam diskusi webinar yang digelar oleh Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Selasa (17/6/2020).

Head of Indonesia Desk OECD Andrea Goldstein mengatakan prediksi tersebut dikeluarkan setelah melihat perkembangan berbagai sektor ekonomi di Indonesia pada periode pandemi Covid-19.

"Kami menganalisis dampak Covid-19 terhadap semua sektor ekonomi di Indonesia, termasuk konsekuensi yang terjadi akibat lockdown [PSBB]. Prediksi kami memang lebih pesimistis, yaitu ekonomi mengalami kontraksi -2,5 persen untuk skenario buruk dan -3,9 persen hingga akhir 2020," kata Andrea dalam diskusi virtual, Rabu (17/6/2020).

Menurutnya, prediksi terbaru OECD menjadi lebih pesimistis lantaran mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi global. Mengacu pada data OECD, ekonomi dunia mengalami kontraksi lebih dalam yaitu -6 persen hingga -8 persen.

Andrea mengungkapkan pada skenario buruk, OECD meramal hampir semua mesin pendorong ekonomi Indonesia akan terkontraksi. Private consumption (konsumsi rumah tangga) anjlok hingga -3,1 persen, gross fixed capital formation (pembentuk modal tetap bruto/PMTB) -4,6 persen, dan final domestic demand -2,7 persen.

Sementara itu, konsumsi pemerintah dan net ekspor masih positif, yaitu masing-masing 8,5 persen dan 0,1 persen.

Untuk skenario sangat buruk, private consumption (konsumsi rumah tangga) anjlok lebih dalam -4,4 persen, gross fixed capital formation -5,9 persen, dan final domestic demand -3,8 persen.

"Alokasi konsumsi pemerintah dan net ekspor masih positif, yaitu masing-masing 8,8 persen dan 0,1 persen," imbuhnya.

Director of Country Studies Economics Department OECD Alvaro Pereira mengatakan pandemi Covid-19 merupakan krisis kesehatan sekaligus ekonomi terparah sejak Perang Dunia II. Wabah Virus Corona telah menimbulkan disrupsi pada sektor kesehatan, ketenagakerjaan, dan membuat ketidakpastian di seluruh dunia.

Dia memprediksi pemulihan ekonomi global akan berjalan lambat serta menimbulkan efek krisis yang berkepanjangan.

Pemulihan akibat pandemi Covid-19 seperti maraton, bukan sprint [lari cepat]. Ada tiga tahap yang harus dilalui berbagai negara, termasuk Indonesia, yaitu fase penanganan kesehatan (containment) dengan cara mendatarkan kurva positif (flattening the curve), pemulihan aktivitas masyarakat, dan terakhir penemuan vaksin dan pengobatan secara berkesinambungan.

"Saat ini, dunia masih berada di fase II. Negara-negara di dunia mencoba untuk memulai kembali aktivitas sekaligus menghindari terjadinya second wave [gelombang kedua]," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper