Bisnis.com, JAKARTA – Kendati perekonomian AS diperkirakan bakal mengalami tekanan dalam jangka waktu yang panjang oleh The Fed, Kementerian Perdagangan optimistis, kinerja ekspor RI ke negara tersebut tetap terjaga.
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengemukakan bahwa ekspor ke Amerika Serikat bakal tetap dijaga dengan mempertahankan kontrak-kontrak yang telah terjalin. Sejauh ini, dia menargetkan ekspor ke Amerika Serikat tetap surplus.
"Kita akan tetap jaga ke depannya agar ekspor tetap melebihi impor ke Amerika Serikat. Saya juga sudah komunikasi dengan industri manufaktur untuk menjaga ekspor ke sana. Komunikasi dengan pihak Amerika Serikat pun terus kami jalin," kata Agus, Kamis (11/6/2020).
Sementara itu, ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengemukakan, sebagai salah satu raksasa ekonomi dunia, Amerika Serikat juga merupakan salah satu pasar utama produk-produk dari berbagai negara.
Adanya potensi terganggunya permintaan dari Negeri Paman Sam, Faisal menyebutkan kebutuhan bahan baku industri yang dipasok Indonesia ke negara eksportir lainnya otomatis akan berkurang.
"Secara tidak langsung perekonomian Amerika Serikat juga akan berimplikasi ke negara lain karena Amerika Serikat mengimpor dari berbagai negara. Jika impor dari negara lain turun, maka keuntungan juga akan terkoreksi dan kegiatan produksi berkurang," jelasnya..
Baca Juga
Hal ini pulalah yang membuat Faisal memperkirakan komoditas ekspor utama ke Amerika Serikat yang bakal terimbas akan mencakup produk-produk manufaktur seperti garmen dan alas kaki. Di sisi lain, akses pasar Indonesia bakal dihadang oleh berbagai hambatan nontarif karena negara tersebut bakal lebih mengedepankan produksi lokal.
"Sebelum wabah terjadi, ekspor ke Amerika Serikat sendiri telah terganggu dengan kebijakan proteksi mereka. Jika ditambah dengan proyeksi produk domestik bruto yang turun, maka permintaan akan terkoreksi, otomatis Amerika Serikat akan mengurangi impornya," lanjut Faisal.
Kekhawatiran serupa pun dikemukakan oleh Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Asprisindo) Firman Bakrie.
Pemulihan ekonomi Amerika Serikat yang lamban dinilainya bakal diiringi dengan daya beli. Terlebih, ekspor sepatu Indonesia ke Amerika Serikat didominasi oleh jenis sepatu bermerk.
"Masalahnya ekspor sepatu ke Amerika Serikat didominasi branded shoes. Sepatu second tier ada, tapi kecil sekali kontribusinya. Mungkin tahun ini akan jadi periode yang berat," ujar Firman kepada Bisnis.
Namun secercah harapan bisa dimanfaatkan. Menurut Firman, penjualan sepatu ke Amerika Serikat dapat tetap dipertahankan selama Indonesia menawarkan produk yang murah.
Di sisi lain, dia menilai sepatu masih menjadi kebutuhan utama masyarakat Amerika Serikat yang harus menjalani empat musim berbeda.
"Alas kaki sudah menjadi kebutuhan, apalagi perekonomian sudah mulai kembali aktivitasnya. Namun tidak bisa dipungkiri tahun ini masih dipenuhi ketidakpastian," lanjutnya.
Firman mengemukakan ekspor alas kaki sendiri masih mencatatkan pertumbuhan tahunan selama periode Januari–April 2020.
Pertumbuhan ini disebutnya dipicu oleh kesepakatan pembelian dari importir yang masih berlanjut meski di tengah pandemi. Meski demikian, dia tak memungkiri terjadi penurunan permintaan mulai Mei.
"Utilitas pabrik sekarang tinggal 30 sampai 40 persen. Kami pun terpaksa mengurangi tenaga kerja. Sampai saat ini mencapai 500.000 orang yang terimbas," lanjutnya.