Bisnis.com, JAKARTA – Para petambak udang di Cilacap mengalami kerugian miliaran rupiah akibat banjir pasang atau rob yang terjadi pada akhir Mei lalu.
Kepala Bidang Perikanan Budi Daya Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap Indarto mengatakan banjir air pasang tersebut menggenangi area pertambakan di tujuh kecamatan yang sebagian besar membudidayakan udang vaname dan udang windu.
“Ada juga yang membudidayakan bandeng, bawal, keping, dan kerapu, [ikut terdambak]," katanya, Selasa (9/6/2020).
Padahal, menurutnya, ada beberapa tambak udang siap panen sehingga pemiliknya mengalami kerugian yang cukup besar. Indarto menambahkan, kerugian yang dialami petambak kali ini jauh lebih besar meskipun luasan tambak yang terdampak banjir air pasang tidak seluas dampak banjir akibat hujan lebat yang terjadi pada 2017.
"Dulu, tahun 2017 ada banjir juga, dampaknya luas, tapi nilai kerugiannya kecil, hanya Rp2 miliar. Banjir kali ini, dampaknya tidak seluas 2017, tapi kerugiannya besar, lebih dari Rp6 miliar," katanya.
Selain itu, Indarto mengatakan kerugian yang paling besar dialami petambak di Kecamatan Kawunganten karena di wilayah itu terdapat tambak intensif yang akan panen dalam waktu dekat.
Baca Juga
Oleh karena terjadi banjir air pasang, kata dia, udang di tambak intensif itu dipanen dini dan hasilnya tidak maksimal karena sebagian udangnya lepas.
"Udang yang bisa dipanen, ya langsung diupayakan dipanen," jelasnya.
Berdasarkan pendataan Dinas Perikanan Cilacap, kerugian akibat rob yang dialami area pertambakan di Kecamatan Kawunganten mencapai Rp4,09 miliar, disusul Bantarsari sebesar Rp1,1 miliar, Kampung Laut Rp584 juta, Cilacap Utara Rp220 juta, Adipala Rp123 juta, Cilacap Tengah Rp75 juta, dan Jeruklegi Rp31 juta.