Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KABAR PASAR: Siaga Lawan Turbulensi, Capital Inflow Mulai Menanjak

Berita mengenai proyeksi turbulensi kinerja emiten perbankan serta membaiknya iklim investasi di Indonesia, antara lain, menjadi sorotan edisi harian Bisnis Indonesia, Jumat (29/5/2020).
Petugas memasukan uang pecahan rupiah ke dalam mobil untuk didistribusikan dari Cash Center Mandiri, Jakarta, Senin (11/5/2020)./Antara Foto-Muhammad Adimaja
Petugas memasukan uang pecahan rupiah ke dalam mobil untuk didistribusikan dari Cash Center Mandiri, Jakarta, Senin (11/5/2020)./Antara Foto-Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA – Berita mengenai proyeksi turbulensi kinerja emiten perbankan serta membaiknya iklim investasi di Indonesia, antara lain, menjadi sorotan edisi harian Bisnis Indonesia, Jumat (29/5/2020).

Berikut ringkasan sejumlah topik utamanya:

 

Siaga Lawan Turbulensi. Meski rata-rata emiten perbankan mencetak kinerja positif pada kuartal I/2020, tetapi turbulensi diproyeksi bakal terjadi pada kuartal II sehingga perbankan mesti mengencangkan ikat pinggang.

Capital Inflow Mulai Menanjak. Iklim investasi di Indonesia mulai membaik sejalan dengan redanya kepanikan masyarakat serta berbagai langkah penanganan yang dilakukan pemerintah untuk menghadapi pandemi Covid-19.

Hal itu tecermin dari masuknya aliran modal asing atau capital inflow di surat berharga negara (SBN) yang pada pekan kedua bulan ini mencapai Rp6,15 triliun. Adapun pada pekan pertama Mei 2020, capital inflow tercatat Rp2,97 triliun.

Penambang Minta Relaksasi Royalti. Pengusaha tambang mengusulkan agar pemerintah memberikan relaksasi pembayaran royalti di tengah pelemahan pasar batu bara yang berlarut-larut.

Pengadaan Core Tax System 4 Perusahaan Lolos Seleksi. Empat perusahaan dinyatakan lolos dalam tender awal pengadaan sistem integrator untuk sistem inti administrasi perpajakan atau core tax system. Tiga dari empat peserta tender merupakan konsorsium asing.

Saat Duel 2 Raksasa Kian Sengit. Pemerintahan Presiden Donald Trump menyatakan tak dapat lagi mengakui otonomi Hong Kong di China. Langkah ini dapat memicu sanksi dan memberi konsekuensi panjang pada status perdagangan khusus Hong Kong dengan Amerika Serikat.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper