Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan investasi hulir terus meningkat hingga 2024 yang ditopang dengan proyek pengembangan kilang minyak.
Kementerian ESDM pun memperkirakan investasi hilir migas mencapai US$3,22 miliar pada 2020. Direktur Pembinaan Program Migas Soerjaningsih berdasarkan prognosa investasi hilir migas lebih tinggi dari realisasi investasi 2019 sebesar US$1,06 miliar.
“Investasi hilir migas diproyeksikan akan terus meningkat hingga tahun 2024," katanya dalam keterangan resmi yang dikutip Bisnis dari laman Ditjen Migas, Selasa (19/5/2020).
Menurutnya, investasi hilir migas tahun ini didominasi oleh kegiatan pengolahan yaitu peningkatan kapasitas kilang (RDMP) dan pembangunan kilang baru (GRR) yang mencapai 80 persen. Selanjutnya adalah investasi di bidang pengangkutan sebesar 14 persen, penyimpanan 4 persen dan niaga 2 persen.
Terkait proyek pengembangan kilang, ada dua kilang minyak baru di Tuban dan Bontang serta RDMP Kilang Balongan, Balikpapan, Cilacap, Dumai dan Plaju, merupakan upaya meningkatkan ketahanan energi nasional.
Total investasi kilang-kilang tersebut diperkirakan US$ 68 miliar selama periode 2019-2026.
Baca Juga
Untuk tahun depan, Soerja menjelaskan investasi hilir migas diproyeksikan sebesar US$7,23 miliar. Selanjutnya, pada 2022 target investasi hilir sebesar US$11,82 miliar. Adapun target investasi 2023 mencapai US$14,53 miliar dan ditargetkan US$13.92 miliar pada 2024.
"Sektor infrastruktur juga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh dalam hal tingkat competitiveness," tambah Soerja.
Saat ini, pihaknya berupaya memperbaiki iklim investasi, termasuk di bidang migas. Faktor utama iklim bisnis adalah birokrasi Pemerintah, stabilitas politik, regulasi perpajakan dan produktivitas tenaga kerja.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia PT Pertamina Ignatius Tallulembang mengatakan, pembangunan kilang membutuhkan tenaga kerja sekitar 150.000 orang pada masa konstruksi dan 12.000 orang ketika telah beroperasi.
Penggunaan sumber daya lokal diperkirakan 35 persen – 50 persen, sementara potensi peningkatan devisa sekitar US$12 miliar per tahun.
Kapasitas pengolahan kilang-kilang ini mencapai 2,1 juta barel per hari dan produksi petrokimia 12.000 kilo ton per annum (ktpa). Tallulembang mengungkapkan, mengingat pembangunan kilang dan petrokimia membutuhkan biaya dan resiko yang besar, diperlukan mitra dalam pelaksanaannya.
Dalam proses pencarian mitra ini, kata dia, berdasarkan pelajaran yang diperoleh selama ini, Pertamina membuka peluang kerja sama dengan berbagai skema bisnis.