Bisnis.com, JAKARTA – Ekonomi Inggris terkontraksi hampir 6 persen pada Maret 2020 ketika negara ini mulai memberlakukan lockdown nasional.
Dengan penurunan tersebut, maka produk domestik bruto (PDB) Inggris turun 2 persen pada I/2020, setelah langkah pembatasan yang diterapkan untuk mengendalikan persebaran penyakit virus corona (Covid-19) menambah beban pada perekonomiannya.
Lockdown di Inggris juga menyebabkan industri jasa dominan menyusut sebesar 6,2 persen pada Maret. Sementara itu, manufaktur terkontraksi 4,6 persen dan konstruksi turun 5,9 persen.
Dengan tutupnya hampir semua bisnis, Inggris sekarang hampir pasti berada dalam resesi yang mendalam. Bank of England (BOE) memperkirakan rebound ekonomi yang kuat pada tahun 2021 setelah penurunan sebesar 14 persen tahun ini, tetapi banyak analis menganggap skenario seperti itu terlalu optimistis.
Sebagai tanda dari tantangan-tantangan yang dihadapi ekonomi, Kanselir Menteri Keuangan Rishi Sunak pada Selasa (12/5/2020) memperpanjang subsidi upah untuk pekerja cuti hingga akhir Oktober dengan biaya senilai miliaran pound sterling untuk dompet publik.
“Sementara itu, Bank of England mungkin perlu melonggarkan kebijakan moneter lebih lanjut untuk menopang perekonomian,” ujar Deputi Gubernur Ben Broadbent, dilansir dari Bloomberg.
Baca Juga
Adapun, pengeluaran konsumen, mesin perekonomian negara ini, turun 1,7 persen pada kuartal pertama, penurunan terbesar sejak krisis keuangan.
Laporan terpisah pada Rabu (13/5/2020) menunjukkan pengeluaran konsumen telah runtuh dalam beberapa pekan terakhir.
Di sisi lain, British Retail Consortium mengatakan indeks penjualannya merosot 19,1 persen pada April 2020 dari tahun sebelumnya, yang terburuk sejak pencatatannya dimulai pada 1995.