Bisnis.com, JAKARTA - Pasar hunian untuk segmen kelas atas masih belum menunjukkan performa yang baik sejak beberapa tahun terakhir. Apalagi, saat ini ditambah adanya virus corona baru atau Covid-19 yang makin memperparah pasar hunian mewah.
Direktur Pusat Studi Properti Indonesia Panangian Simanungkalit mengatakan bahwa saat ini pasar rumah mewah yang diperuntukkan bagi kalangan investor tengah mengalami kelesuan.
"Pasar rumah atau apartemen dengan segmen harga di atas Rp1 miliar yang 80 persennya diperuntukkan bagi para investor properti sedang lesu," katanya pada Bisnis beberapa waktu lalu.
Hanya saja, Panangian menyebut ada pengeculian bagi pasar rumah mewah di pasar klaster atau pengembangan beberapa rumah atau townhouse dengan desain minimalis yang berlokasi di kawasan-kawasan yang sudah matang dan padat di tengah-tengah kota.
Misalnya, kata dia, pasar rumah mewah di kawasan Pondok Indah, Kemang, Tebet, dan kawasan lain di Jakarta selatan lainnya yang dinilai masih tetap terbuka untuk diserap pasar.
"Alasannya, karena pasar ini sasarannya bukan investor tetapi end user yang pendanaannya biasanya tunai keras karena didukung oleh keluarga mapan yang dihadiahkan untuk anaknya yang baru ataupun yang sudah menikah," tutur dia.
Baca Juga
Panangian mengatakan bahwa dengan lesunya pasar hunian mewah, maka tak jarang saat ini siasat pengembang dalam menyikapi hal tersebut adalah menggenjot portofolio proyeknya untuk membangun produk hunian di bawah Rp1 miliar.
"Lihat pengembang yang sudah malang melintang seperti Agung Podomoro menjual apartemen seharga Rp250 jutaan, kemudian Ciputra juga menjual rumah seharga di bawah 200 juta. Itulah solusi pasar saat ini," kata dia.
Wakil Ketua Umum Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) Hari Ganie mengatakan bahwa pasar properti saat ini tidak berharap banyak pada penjualan rumah mewah. Saat ini, pengembang memasarkan proyek yang diperuntukkan untuk kalangan end user pada segmen menengah dan menengah bawah.
"Kalau kalangan menengah atas kan biasanya sudah punya lebih dari satu rumah. Kalau dia beli rumah lagi artinya dia investor, maka [pasarnya] harus dilupakan. Apalagi, properti belakangan sudah tak lagi menarik untuk investor, kalah sama emas ataupun saham," kata dia.
Melihat kondisi tersebut, maka menurutnya pengembang telah menyasar pembangunan rumah dengan segmen harga Rp300 jutaan ke bawah. Dia menyatakan bahwa segmen harga tersebut paling realistis untuk dipasarkan di tengah masih lesunya pasar properti.