Bisnis.com, JAKARTA – Pada akhir tahun lalu, pasar properti diprediksi membaik dan mulai bangkit mulai 2020, tapi pandemi virus Corona membuat optimisme tersebut tertahan.
Berakhirnya tahun politik dan keluarnya sejumlah kebijakan terkait properti mendorong optimisme para stakeholder industri properti baik pengembang maupun penjual properti, bank penyedia kredit pemilikan rumah (KPR) dan pihak terkait lainnya. Namun, optimisme itu harus tertahan pandemi Corona sejak Maret lalu.
Rumah.com mencatat indikasi dampak pandemi terhadap pasar properti nasional tercermin lewat turunnya indeks suplai properti pada kuartal pertama 2020. Di mana secara tahunan indeks suplai properti biasanya justru meningkat pada kuartal pertama setiap tahun dibandingkan kuartal keempat tahun sebelumnya.
Country Manager Rumah.com Marine Novita mengatakan optimisme akan kebangkitan industri properti Tanah Air yang sempat muncul pada awal 2020 terlihat pada tren kenaikan harga properti yang meskipun tipis tetapi tetap menunjukkan kenaikan pada kuartal IV/2019.
“Memasuki 2020, pengembang menyiapkan sejumlah strategi, pemerintah pun mengeluarkan sejumlah kebijakan, namun pandemi Covid-19 yang merebak pada akhir kuartal I/2020 berdampak signifikan terhadap pasar properti,” ujarnya melalui siaran pers, Jumat (8/5/2020).
Di tengah situasi ini, Rumah.com menghadirkan serangkaian inisiatif yang merangkum semangat positif bertajuk #RumahSegalanya yang mana sekarang justru menjadi kesempatan merenungkan kembali arti rumah. “Rumah bukan hanya tempat singgah yang taken for granted, tapi memiliki arti penting bagi semua orang.”
Saat ini banyak orang kehilangan akses untuk mencapai tempat tinggalnya, terutama tenaga medis yang kesulitan pulang karena menjadi orang dalam pantauan (ODP), atau mereka lainnya yang kesulitan kembali ke tempat tinggalnya karena pembatasan perjalanan keluar daerah.
Marine menjelaskan sebagai rujukan bagi para pencari hunian, Rumah.com menghadirkan inisiatif kampanye #SediaRumah dan #PerluRumah. Dengan #SediaRumah mengajak seluruh stakeholder dengan misi yang sama untuk menawarkan akomodasi secara gratis.
Gerakan ini mulai dari saat ini hingga 30 Juni 2020, untuk membantu mereka yang terdampak dari pandemi Covid–19. Sementara #PerluRumah adalah inisiatif bagi mereka yang memerlukan hunian sementara di saat pandemi ini sedang berlangsung.
“Menyadari kebutuhan rumah dan minat membeli masih tinggi dan masih ada beberapa kawasan Jabodetabek yang menunjukkan harga yang relatif lebih terjangkau. Hal ini menunjukkan tren yang positif ke depan,” kata Marine.
Data Rumah.com Indonesia Property Market Index (RIPMI) kuartal I/2020 menunjukkan perlambatan hampir di semua wilayah Indonesia menjadi indikasi adanya dampak pandemi terhadap sektor properti.
RIPMI mencatat dari sisi harga, indeks pasar properti baik untuk rumah tapak maupun apartemen berada pada posisi 112,5 atau naik tipis 0,4 persen dari kuartal sebelumnya. Namun, jika dibandingkan pada kuartal I/2019, mencatat pertumbuhan year-on-year (yoy) sebesar 6 persen.
“Kenaikan harga properti secara nasional lebih banyak didorong oleh pertumbuhan harga rumah tapak, yang mengalami kenaikan sebesar 8 persen yoy,” jelasnya.
Kemudian, indeks harga rumah tapak tercatat sebesar 115,7 pada kuartal I/2020, naik sebesar 8 persen secara tahunan, tapi secara kuartalan relatif stagnan, naik sebesar 0,4 persen. Sementara itu, indeks harga apartemen tercatat pada 116,0 atau mengalami kenaikan sebesar 1 persen secara kuartalan namun secara tahunan turun sebesar 0,4 persen.
Indeks ini menunjukkan bahwa indeks harga apartemen lebih rendah secara rata-rata dalam satu tahun terakhir dibanding tahun sebelumnya.
Tren pertumbuhan harga pada RIPMI secara kuartalan dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan di sejumlah wilayah penyuplai besar, seperti DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Timur. Sementara itu, Jawa Barat justru menunjukkan tren yang positif.
Secara umum berdasarkan data Rumah.com Indonesia Property Market Index Q1 2020 terjadi perlambatan hampir di semua wilayah yang menjadi indikasi dampak pandemi terhadap sektor properti sementara hunian segmen kelas menengah dan menengah bawah menunjukkan sentimen positif dari sisi penawaran.
Marine menambahkan relaksasi LTV untuk rumah kedua maupun kebijakan penurunan BI 7 Day RR menjadi 4,5% serta relaksasi perumahan subsidi harus disosialisasikan dan dilaksanakan lebih gencar agar roda industri properti tetap berjalan di situasi terdampak pandemi Corona.
“Kombinasi relaksasi LTV dan penyesuaian harga dan promo pengembang menjadi kesempatan bagus bagi investor untuk menambah portfolio propertinya, terutama yang memiliki modal untuk investasi jangka panjang. Perbankan diharapkan segera menurunkan suku bunga KPR menyesuaikan dengan BI Repo Rate agar hasrat masyarakat untuk membeli rumah tetap terjaga," Katanya.
Pengembang disarankan menggaet investor dan pembeli rumah pertama dengan harga khusus serta kemudahan pembayaran, penyesuaian strategi pemasaran scara online, serta penerapan beragam kebijakan pemerintah.
Adapun konsumen bisa memanfaatkan promo diskon, kemudahan pembayaran, dan bonus untuk mendapatkan properti dengan harga terjangkau. Saat ini pasar berada pada kondisi buyer’s market. “Pengembang biasanya menawarkan banyak promo, bonus, serta kemudahan lain, oleh karena itu pembeli disarankan bernegosiasi agar bisa mendapatkan harga kompetitif."
Bagi pencari properti, saat ini dinilai sebagai momentum now or never; kapan lagi bisa membeli properti dengan harga spesial. Begitu juga dengan investor, properti yang ditawarkan dengan harga spesial tentu memiliki peluang investasi yang lebih besar di kemudian hari, saat situasi berangsur normal.