Bisnis.com, JAKARTA – Penyebaran virus Covid-19 yang terus meluas serta aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diperpanjang dan diterapkan di setiap kota memberikan dampak besar bagi properti Indonesia.
Head of Research JLL Indonesia James Taylor menyebutkan seluruh sektor properti di Indonesia menerima dampak besar dari pandemi Covid-19, termasuk perumahan.
Di Indonesia, kondisi sektor properti residensialnya berbeda dengan di negara lain di Asia Pasifik, yang tidak begitu bergantung pada pembeli dari warga negara asing (WNA). Hal ini membuat penurunan permintaan dari WNA tak terlalu berpengaruh seperti layaknya di Thailand dan Singapura.
Namun, di kondisi ini, JLL mencatat bahwa investor lokal juga cenderung menahan diri untuk mengalirkan investasi. Hal itu bisa berdampak pada penurunan permintaan properti seperti apartemen dan kondominium dalam jangka pendek.
“Kalau PSBB sudah tidak ada dan aktivitas ekonomi kembali meningkat, seharusnya pembeli bisa segera kembali ke pasar,” jelasnya melalui laporan tertulis, dikutip Minggu (3/5/2020).
Penurunan permintaan dan PSBB juga berimbas pada pengembang yang akhirnya harus menunda peluncuran produk-produk barunya. Namun, pengembang banyak yang berinovasi menawarkan pembayaran atau pemesanan secara daring.
“Penggunaan teknologi untuk melakukan pemasaran produk secara daring nantinya juga bisa menjadi tren ke depan, tak hanya akan berlaku saat ini saja,” imbuh Taylor.
Hingga saat ini, JLL mencatat bahwa masih ada aktivitas di pasar residensial Indonesia meskipun sudah jauh melambat dari sebelumnya. Rumah tapak masih menjadi properti paling diminati dan permintaannya juga akan tetap kuat.
Dengan demikian, untuk jangka pendek, JLL merekomendasikan bagi pengembang agar lebih fokus memasarkan produk rumah tapak hingga seluruh aspek pendukung sentimen pasar membaik.