Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Genting! Jumlah PHK Diklaim 10 Juta Orang, Pengusaha Hanya Bertahan 2 Bulan

Pengusaha Tanah Air diperkirakan hanya mampu bertahan 2 bulan ke depan seiring dengan pasokan impor yang tersendat.
Pengrajin menyelesaikan pembuatan alas sepatu di Jakarta, Jumat (17/1). Bisnis/Abdullah Azzam
Pengrajin menyelesaikan pembuatan alas sepatu di Jakarta, Jumat (17/1). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Kadin Indonesia menilai kondisi ekonomi Indonesia tengah dalam kondisi genting akibat pandemi virus corona atau Covid-19. Bahkan, pemutusan hubungan kerja diramalkan sudah mencapai 10 juta orang.

Pengusaha Tanah Air diperkirakan hanya mampu bertahan 2 bulan ke depan seiring dengan pasokan impor yang tersendat.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) bidang UMKM Suryani Motik mengatakan saat ini kebanyakan industri yang pasokannya diimpor dari luar negeri dan upaya antisipasi penyebaran itu sangat mempengaruhi.

Menurutnya, sudah saatnya pandemi ini jadi pelajaran memperkuat rantai pasok dalam negeri, sehingga ketergantungan terhadap impor dapat berkurang. Alhasil, nafas usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) semakin sangat berat.

"Rata-rata pengusaha kita paling top 2-3 bulan arus kasnya. Kalau ini sudah berjalan 1,5 bulan mungkin rata-rata usianya bertahan 2 bulan lagi, kalau UMKM yang hidupnya harian dan mingguan banyak yang sudah collapse," jelasnya, Sabtu (2/5/2020).

Akibatnya, lanjut Suryani, banyak PHK yang terjadi. Dia menyebut berdasarkan data saat ini baru 2-3 juta pekerja yang terkena PHK, padahal realita di lapangan lebih dari itu.

Berdasarkan perhitungan Suryani, PHK sudah terjadi pada lebih dari 10 juta orang.

"Kalau di hotel dan restoran memperkerjakan tenaga kerja hingga 15 juta, UMKM ada 61 juta kalau rata-rata 1-2 orang berapa coba yang terkena PHK," katanya.

Suryani mencontohkan industri makanan dan minuman cukup dalam terhantam kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Selain itu, sistem pembayaran ikut terdampak karena pasarnya tidak ada. Transaksi elektronik seperti Gopay, OVO, dan LinkAja sudah pasti menurun.

Terkendalanya industri penerbangan ikut berdampak pada sektor lainnya, seperti UMKM perikanan yang tidak bisa mengekspor produknya atau mengirim ke daerah lain.

"Jadi memang kelihatannya cara berpikirnya semua jalan masing-masing, misal kalau industri UMKM tidak ditolong, kalau industri lainnya seperti perikanan tidak ditolong, lay off akan semakin banyak sekali," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper