Bisnis.com, JAKARTA — Wood Mackenzie, lembaga riset energi dan industri mencatat bahwa produksi olefin kini mencapai rekor terendah di Asia akibat dari penguncian negara setelah pandemi virus corona (Covid-19).
Dalam produksi olefin, etilen, dan propilena di Asia sebesar 58 persen prosesnya terintegrasi dengan kilang, baik melalui pemecah uap atau pemurnian kilang propilena. Oleh karena itu, pengurangan operasi kilang regional memiliki dampak signifikan pada produksi olefin.
Analis utama Wood Mackenzie Catherine Tan mengatakan pihaknya memperkirakan sekitar 496 kiloton (kt) etilena dan 552 kt kapasitas produksi propilen akan hilang pada Januari dan Mei sebagai akibat dari menurunnya tingkat pemanfaatan kilang, dan langkah-langkah penahanan virus corona di seluruh Asia.
"Kerugian produksi pada Maret dan April akan melebihi produksi musim puncak terakhir pada 2015, terutama karena penguncian di Cina dan India," katanya dalam laporan Wood Mackenzie yang dikutip Kamis, (30/4/2020).
Tan mengemukakan rantai pasokan petrokimia India telah sangat terganggu. Tingkat utilisasi kilang negara itu telah mengalami penurunan 24 persen secara tahunan di April sebagai tanggapan terhadap permintaan bahan bakar yang lebih rendah, margin penyulingan yang lemah, dan kerugian di pasar ekspor.
Adapun sekitar 45 persen kapasitas etilen dan 84 persen kapasitas propilen India juga terintegrasi dengan kilang.
Baca Juga
Sementara itu, meski kebijakan baru memungkinkan operasi di sejumlah daerah mulai 20 April, sebagian besar kilang India dan lokasi produksi petrokimia tetap ditutup atau beroperasi pada tingkat rendah karena kondisi untuk membuka kembali atau meningkatkan operasi dianggap tidak layak secara ekonomi.
Sisi lain, menurut Tan operasi di pabrik Cina yang telah pulih sampai taraf tertentu tetap terkendala oleh permintaan yang masih rendah. Pembatalan pesanan ekspor Cina dari negara barat telah mengancam operasi pabrik-pabrik yang berorientasi ekspor.
Di Asia, pasar ethylene dipasok dengan ketersediaan kargo laut dalam ditambah dengan prospek permintaan yang buruk. Hal ini tercermin dalam spread harga yang sangat lemah di produk naphtha.
Sebagai perbandingan, pasar propylene Asia lebih seimbang, dengan berkurangnya pasokan terkait kilang, sisi lain ada peningkatan permintaan terhadap produksi polypropylene tingkat serat. Akibatnya, rasio harga propylene ke ethylene mencapai rekor tertinggi pada periode April ini.
"Ketika pandemi berkembang dan masing-masing negara mengadaptasi strategi penahanannya, kami berharap tingkat pemanfaatan kilang akan disesuaikan lebih rendah dari perkiraan awal kami dalam beberapa minggu mendatang agar menciptakan ripple effect di pasar olefin," ujarnya.
Tan menambahkan China sebagai ekonomi pertama yang terkena covid-19 saat ini permintaan bahan bakar transportasi sudah mulai pulih.
Kilang juga telah meningkatkan tingkat pemanfaatan untuk menuai margin penyulingan tinggi yang disebabkan oleh harga minyak mentah yang rendah.
"Negara lain sekarang akan melihat ke China untuk melihat bagaimana arus pemulihan industri terjadi," kata Tan.