Bisnis.com, JAKARTA - PT Kereta Api Indonesia (Persero) mencatatkan kerugian kas operasional senilai Rp693 miliar pada Maret 2020 setelah membukukan kinerja positif pada periode Januari—Februari 2020 masing-masing senilai Rp436 miliar dan Rp386 miliar.
Direktur Utama PT KAI Edi Sukmoro mengatakan dari sisi pendapatan penumpang jika dibandingkan dengan pada 2 Februari 2020 secara menyeluruh perhari mencapai Rp39 miliar. Adapun, per 31 Maret hanya menjadi Rp4 miliar karena memang penurunan penumpang yang drastis.
Selain itu, okupansi KA jarak jauh sudah turun. Dia menuturkan dalam satu rangkaian terdapat 15 orang penumpang hingga 20 penumpang hingga pada akhirnya pembatalan KA jarak jauh.
Apalagi, imbuhnya, setelah keluarnya Permenhub No. 25/2020 pendapatan akibat tidak jadi mudik itu membuat penurunan pendapatan yang lebih tajam dimulai pada April 2020.
“Secara kasar sebenarnya dimulai kalau akhir pandemi ini di pada Juni 2020, maka kami sudah rugi di laba rugi tahun berjalannya. Pada Agustus lebih besar meruginya dan Desember lebih besar,” jelasnya, Rabu (29/4/2020).
Edi menjelaskan dalam kondisi saat ini telah melakukan pengawasan arus kas dengan ketat. Selain itu dia telah melakukan strategi keuangan dengan fisiensi biaya sampai dengan 40 persen tetapi dengan tetap menjaga keselamatan perjalanan.
Baca Juga
Setidaknya, kata dia, masih ada KA yang dapat dioperasionalkan baik kereta lokal dengan penumpang maupun kereta barang untuk membantu pendapatan dari KA.
“Kami memastikan pinjaman jangka pendek untuk likuiditasnya dan kita mencoba relaksasi dari fasilitas pinjaman pada 2020 yang jatuh tempo,” tekannya.
Negosiasi kembali, lanjutnya, juga dilakukan untuk rekan kerja dengan melaksanakan perawatan khusunya KA yang baru dalam perawatan bulanan, 6 bulanan, dan tahunan ada negosiasi ulang.
Selain itu, belalanja modal juga disaring untuk program prioritas investasi. Operator kereta pelat merah tersebut juga mengajukan insentif fiskal yang diharapkan adanya dukungan dari pemerintah.