Bisnis.com, JAKARTA - Survei Indonesia Property Watch mencatat bahwa nilai penjualan perumahan primer di wilayah Jabodebek-Banten selama kuartal I/2020 anjlok dengan besaran nilai rata-rata 50,1 persen.
Indonesia Property Watch (IPW) mencatat penurunan tertinggi berada di wilayah Bekasi sebesar 56,0 persen, Bogor 55,3 persen, Depok 50,9 persen, dan wilayah lainnya. Adapun penurunan terendah terjadi di Cilegon sebesar 27,2 persen.
CEO IPW Ali Tranghanda mengatakan bahwa secara umum tingkat penjualan pasar perumahan primer di Jabodebek-Banten mengalami penurunan cukup tajam dari sisi jumlah unit maupun nilai penjualan dibandingkan kuartal sebelumnya.
Menurut Ali, faktor utama merosotnya pasar properti primer di wilayah itu lantaran merebaknya virus corona baru atau Covid-19 yang kasus pertama diumumkan Presiden Joko Widodo pada awal Maret.
"Tidak hanya pasar investor yang memerlihatkan penurunan, pasar end-user yang diperkirakan berada di segmen harga menengah bawah pun mengalami penurunan sangat tinggi," katanya, Kamis (23/4/2020).
Ali mengatakan bahwa survei dilakukan terhadap 95 proyek perumahan yang terbagi dalam empat wilayah besar yaitu Jakarta, Bekasi, Depok, Bogor, dan Banten meliputi Serang, Cilegon, serta Tangerang Raya.
Baca Juga
Berdasarkan catatan IPW, nilai penjualan di kuartal pertama tahun ini tercatat sebesar Rp719.056.090.052 atau turun pada kuartal sebelumnya yang mencapai Rp1.440.918.534.767.
Ali mengatakan bahwa penurunan tertinggi terjadi di segmen harga rumah dibawah Rp300 jutaan yang turun sebesar 62,5 persen (qtq) atau sebesar 68,8 persen (yoy).
"Di segmen yang didominasi oleh pasar end-user ini, ternyata tidak sanggup bertahan, apalagi dengan kecenderungan daya beli yang terus menurun," ujarnya.
Ali menyatakan bahwa kekhawatiran gelombang PHK dan menurunnya penghasilan membuat pasar di segmen ini diperkirakan akan terus mengalami penurunan bila kondisi belum pulih.
Sementara itu, IPW mencatat segmen harga di atas Rp1 miliaran yang didominasi pasar investor juga terjadi penurunan sebesar 46,0 persen (qtq) atau 36,4 persen (yoy). Hal ini masih lebih rendah dibandingkan penjualan di segmen harga menengah antara Rp300 jutaan sampai Rp1 miliaran.
"Meskipun terjadi penurunan di segmen ini, diperkirakan pasar masih memiliki potensi daya beli yang cukup terjaga. Penurunan ini lebih disebabkan faktor psikologis dalam menunda pembelian," ujar dia.
Melihat kondisi saat ini, IPW memperkirakan pasar perumahan akan terus merosot memasuki kuartal berikutnya. Bahkan, dikhawatirkan jatuh lebih dalam lagi. Ali juga mengatakan bahwa para pengembang diminta untuk melakukan antisipasi dan pengetatan yang diperlukan untuk dapat menjamin daya tahan perusahaan ke depan.
"Kondisi ini diyakini masih akan terus berlanjut. Puncak anjloknya pasar perumahan diperkirakan terjadi pada kuartal kedua tahun ini," tuturnya.