Bisnis.com, JAKARTA - Badan Koordinasi Penanaman Modal mencatat bahwa Jepang menduduki keempat dalam realisasi investasi selama Januari-Maret 2020 dengan nilai total investasi sebesar US$604,2 juta dan jumlah proyek 1.519.
Adapun, BKPM sebelumnya mencatat bahwa keseluruhan penanaman modal asing (PMA) pada kuartal I/2020 di sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran sebesar US$602,9 juta dengan 490 proyek atau turun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$948,16 juta dengan 410 proyek.
Jepang terkenal paling getol berekspansi ke sektor properti, pada Februari 2020, Tokyu Land Indonesia mulai melakukan pengerjaan konstruksi Branz Mega Kuningan. Proyek ini merupakan pengembangan kawasan skala besar di pusat kota CBD Jakarta dengan nilai investasi Rp2,5 triliun.
CEO Indonesia Property Watch Ali Tranghanda mengatakan bahwa masih besarnya investasi Jepang ke Indonesia salah satunya sektor properti lantaran investor negeri Matahari Terbit itu relatif sudah lebih tahu karakter pasar di Indonesia.
"Karena ekspatriat Jepang juga terbanyak di Indonesia khususnya Cikarang," kata Ali kepada Bisnis.com, Senin (20/4/2020).
Namun demikian, BKPM tidak merilis berapa nilai investasi dan total proyek properti dari pengembang Jepang yang menanamkan PMA di Indonesia di kuartal pertama ini.
Baca Juga
Sementara itu, Managing Partner of Strategic Advisory Coldwell Banker Tommy Bastami mengatakan ekspansi pengembang properti asal Jepang setidaknya didorong oleh empat faktor.
Pertama, potensi return pengembangan properti di Indonesia lebih besar dibandingkan di Jepang. Kedua, bagi investor Jepang, investasi di Indonesia dinilai lebih murah ketimbang menanam modal di negeri asalnya.
Ketiga, ceruk pasar dari ekspatriat Jepang di Indonesia cukup besar, sehingga potensial untuk menyasar segmen pasar sewa. Di samping itu, permintaan dari masyarakat lokal juga masih tinggi.
Keempat, reputasi pengembang Jepang di Indonesia tidak perlu diragukan baik dari kualitas produk ataupun dari penyelesaian proyeknya.
Tommy mengungkapkan, pihaknya turut membantu beberapa perusahaan Jepang yang memiliki minat untuk melakukan pengembangan properti di Indonesia. Dalam catatan Coldwell Banker, sejauh ini proyek yang dikembangkan oleh pengembang Jepang paling banyak menyasar hunian vertikal dan perumahan.
"Kami melihat peluang investasi dari Jepang ini masih luas, karena sejauh ini investor Jepang masih bermain di kelas middle upper to upper market, sedangkan kelas middle to middle low masih belum banyak digarap oleh pengembang Jepang," katanya.