Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Anjlok! ICP Maret US$34,23 per Barel

Ini berarti turun sebesar US$ 22,38 per barel dari US$ 56,61 pada Februari 2020.
Api menguar dari pipa di kilang minyak di Kalimantan, Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian
Api menguar dari pipa di kilang minyak di Kalimantan, Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA - Harga rata-rata minyak mentah Indonesia atau ICP selama Maret 2020 kembali tertekan menjadi US$$34,23 per barel, lebih rendah dibandingkan dengan harga rata-rata pada Februari 2020.

Adapun, berdasarkan formula ICP, harga rata-rata pada Maret 2020 turun US$22,38 per barel dibandingkan dengan US$56,51 pada Februari 2020.

Penurunan signifikan juga dialami ICP SLC sebesar US$ 21,40 per barel dari US$ 57,18 per barel pada Februari 2020 menjadi US$ 35,78 per barel pada Maret 2020.

Tim Harga Minyak Indonesia menyatakan, penurunan harga rata-rata ICP Maret 2020 ini sejalan dengan perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama di pasar internasional yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu penetapan Covid-19 sebagai pandemic yang mengakibatkan pemberlakuan lockdown di sebagian besar negara konsumen minyak mentah.

"Selain itu, travel restriction di mayoritas negara di dunia sehingga mengakibatkan penurunan drastis permintaan minyak mentah secara global," jelas Tim Harga Minyak Indonesia dalam keterangan resminya, Kamis (4/2/2020).

Selain itu, penyebab lain merosotnya ICP Maret 2020 adalah keputusan Arab Saudi menurunkan harga jual minyak mentah mereka untuk merebut pangsa pasar dan berencana untuk meningkatkan produksi setelah Rusia menolak bergabung dalam rencana tambahan pemotongan produksi OPEC+.

Hal tersebut meningkatkan kekhawatiran pelaku pasar atas kondisi yang telah over supply.

"Faktor lainnya, perang harga antara Arab Saudi dan Rusia sebagai produsen-produsen utama minyak mentah di dunia, yang menjadi salah satu faktor penyebab over supply minyak mentah secara global," sebutnya.

Penurunan harga minyak mentah di pasar internasional juga disebabkan OPEC melaporkan penurunan pertumbuhan ekonomi dunia yang ditandai dengan penurunan proyeksi pertumbuhan GDP dunia pada 2020 sebesar 0,6% menjadi sebesar 2,4% akibat melemahnya perekonomian sejumlah negara maju dan dampak serangan Covid-19. 

Selain itu, International Energy Agency (IEA) dan OPEC melaporkan penurunan proyeksi permintaan minyak mentah global pada 2020 dari publikasi bulan sebelumnya yakni, IEA melaporkan proyeksi permintaan minyak mentah global di tahun 2020 turun sebesar 1,1 juta barel per hari menjadi 99,90 juta barel per hari.

Di samping itu, OPEC melaporkan proyeksi permintaan minyak mentah global di tahun 2020 turun sebesar 1 juta barel per hari menjadi 99,73 juta barel per hari.

Sementara itu, Energy Information Administration (EIA) melaporkan peningkatan stok minyak mentah AS pada bulan Maret 2020 sebesar 11,3 juta barel menjadi sebesar 455,4 juta barel dibandingkan Februari 2020.

Untuk kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah selain dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut, juga disebabkan oleh penurunan proyeksi pertumbuhan GDP tahun 2020 menjadi sebesar 5% di China dan 5,2% di India akibat penyebaran Virus Covid-19, serta berkurangnya crude oil throughput kilang-kilang di Jepang sebesar 2,81 juta barel per hari dibandingkan kapasitas kilang sebesar 3,52 juta barel per hari di akhir bulan Maret 2020.

"Selain itu, kilang-kilang di Korea Selatan mengurangi konsumsi minyak mentah AS dan beralih ke minyak mentah Timur Tengah seiring berkurangnya spread WTI-Dubai serta discount harga minyak mentah Timur Tengah," jelasnya.

Selengkapnya perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama di pasar Internasional pada bulan Maret 2020 dibandingkan bulan Februari 2020:

  • Dated Brent turun sebesar US$ 23,61 per barel dari US$ 55,44 per barel menjadi US$ 31,83 per barel.
  • WTI (Nymex) turun sebesar US$ 20,09 per barel dari US$ 50,54 per barel menjadi US$ 30,45 per barel.
  • Basket OPEC turun sebesar US$ 21,03 per barel dari US$ 55,49 per barel menjadi US$ 34,46 per barel. 
  • Brent (ICE) turun sebesar US$ 21,75 per barel dari US$ 55,48 per barel menjadi US$ 33,73 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper