Bisnis.com, JAKARTA - Penurunan suku bunga kredit bagi UMKM di bank-bank BUMN tidak cukup efektif untuk membantu para pengusaha menengah kecil dan mikro di tengah krisis covid-19.
Ketua AKUMINDO (Asosiasi UMKM Indonesia) Ikhsan Ingratubun mengatakan pasalnya saat ini yang dibutuhkan para pengusaha UMKM adalah bagaimana produk-produk yang dihasilkannya ini bisa terserap di pasar dalam negeri.
“Saat ini tidak berpengaruh secara significant, karena interaksi penjual dan pembeli sangat jauh menurun. Saat ini yang ditunggu adalah rangsangan kebijakan untuk membeli atau menyerap produk UMKM, namun hingga saat ini kebijakan tersebut tidak nampak,” kata Ikhsan kepada Bisnis, Jumat (20/3/2020).
Menurutnya, adanya desakan Menteri BUMN kepada Bank-Bank BUMN untuk menurunkan bunga kredit justru malah akan merangsang pada pengusaha UMKM untuk berhutang. Padahal produknya tidak ada yang membeli. Dampaknya, bukannya malah terbantu, para pengusaha malah bisa terlilit utang bank.
“Esensi bisnis yg utama adalah Produksi. Maka jika produk UMKM dapat diserap oleh Pemerintah maka produksi akan terjadi, bukan disuruh hutang atas perdagangan barang yang sudah jadi atau barang impor.”
Dalam hal krisis akibat covid-19, UMKM tak hanya kesulitan dalam menjual produknya melainkan juga terjadi pemutusan hubungan kerja yang mencapai 50%.
“Rata-rata yang PHK itu UMKM fashion dan handycraft. Mereka sudah hancur lebur, syukur-syukur jika tertinggal omzetnya 25%. Untuk UMKM makanan juga sudah menurun omzetnya sekitar 35%,” katanya.
Adapun, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan bahwa pemerintah akan mendorong bank-bank pelat merah untuk segera menurunkan suku bunga kredit untuk segmen usaha kecil dan menengah (UKM) sebagai solusi dalam mengurangi dampak ekonomi yang ditimbulkan dari penyebaran virus corona (covid-19).