Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menilik Transaksi Dagang-el di Asia Tenggara di Tengah Wabah Corona

Sejumlah produk kesehatan tiba-tiba menjadi barang buruan masyarakat di Asean melalui platform dagang-el, pascawabah corona.
ilustrasi ecommerce. /Antara
ilustrasi ecommerce. /Antara

Bisnis.com, JAKARTA — Perkembangan wabah Covid-19 yang kini menyebar di wilayah Asia Tenggara ternyata berimbas pada peningkatan pembelian kebutuhan secara daring (online shopping).

Dalam hasil survei terbarunya, BrandIQ menyoroti adanya pengurungan jumlah kunjungan ke pusat-pusat perbelanjaan disertai meningkatnya jumlah pemesananan makanan secara daring. Hal ini setidaknya terlihat pada total pesanan di GrabFood yang tercatat mencapai 4 juta pesanan selama Januari 2020, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang berjumlah 3 juta.

"Hal ini mendukung hipotesis kami bahwa konsumen lebih memilih tetap tinggal di rumah di tengah wabah yang terjadi," tulis BrandIQ dalam laporannya.

Perusahaan analis dagang-el yang berbasis di Bangkok, Thailand tersebut mencatat adanya kenaikan penjualan pada produk-produk kesehatan, alat pelindung virus, dan pembersih badan pada sejumlah marketplace terkemuka di kawasan Asia Tenggara. Analisis sendiri dilakukan dengan mengambil rentang waktu pada pekan pertama wabah tersebut sampai awal Maret 2020.

"Nilai penjualan termometer tumbuh 700 persen dibandingkan sebelum wabah terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen memiliki kesadaran untuk menjaga keamanan diri," tulis mereka.

Penjualan sebagian besar produk yang berkaitan dengan pencegahan virus tercatat tumbuh secara nilai dan volume. Namun BrandIQ mencatat bahwa hal sebaliknya terjadi pada kebutuhan harian (groceries) dan sabun mandi yang memperlihatkan kenaikan pada nilai penjualan namun pertumbuhan negatif pada jumlah produk yang dijual.

Penjualan produk kebutuhan sehari-hari memperlihatkan pertumbuhan secara nilai sebesar 102 persen dengan rata-rata harga produk yang meningkat dari US$10,58 per unit pada Januari 2020 menjadi US$15,35 per unit. Di sisi lain, jumlah produk yang diperdagangkan secara daring turun sekitar 16 persen.

"Hal ini bisa berarti dua hal, konsumen berkenan membeli produk dengan harga lebih mahal atau penjual memanfaatkan kondisi untuk menaikkan harga dan bespekulasi," lanjut BrandIQ.

Head Corporate Communication Bukalapak Intan Wibisono mengemukakan adanya peningkatan jumlah transaksi kategori produk kesehatan di platform tersebut. Dia mengemukakan hal ini tak lepas dari tingginya kesadaran masyarakat terhadao pentingnya meningkatkan kesehatan dan kebersihan agar terhindar dari penyebaran Covid-19.

"Di tengah situasi pandemi yang tidak menentu ini, kami memberikan informasi penyebaran virus Covid-19 di platform kami melalui fitur Pantau Corona, dan yang terpenting, bekerja sama dengan para pelapak, mitra bisnis dan mitra warung kami untuk menjaga ketersediaan produk kesehatan dan kebutuhan sehari-hari untuk masyarakat," kata Intan kepada Bisnis, Selasa (17/3/2020).

Sementara itu, Vice President of Corporate Communications Tokopedia Nuraini Razak mengemukakan bahwa kegiatan belanja secara daring memang bisa menjadi alternatif untuk mengurangi risiko penyebaran virus di tempat ramai sekaligus mendorong bisnis lokal terus beroperasi secara online.

Pihaknya sendiri mengemukakan para konsumen bisa memanfaatkan sejumlah fitur yang menunjang logistik seperti pembebasan biaya kirim.

Adapun dalam upaya untuk mencegah adanya kenaikan harga seiring potensi naiknya permintaan, Nuraini mengemukakan bahwa pihaknya terus melakukan edukasi bagi para penjual dalam platform tersebut.

"Kami ingin memastikan produk kesehatan dan kebutuhan pokok lainnya dijual sesuai dengan harga pasar," lanjutnya.

Dalam risalah laporannya, BrandIQ menyimpulkan bahwa konsumen cenderung menahan kebutuhan tersiernya di tengah wabah. Hal ini terlihat pada penjualan produk-produk elekteronik, produk kecantikan, dan fashion yang tumbuh negatif.

"Kategori yang tumbuh positif adalah produk-produk yang dipakai dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi Covid-19. Produk tersier seperti elektronik untuk sementara dikesampingkan [oleh konsumen]," demikian isi laporan itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper