Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Ambrol, Pertamina Belum Revisi Target Hulu

Adapun target pada 2020, produksi Pertamina akan berada pada kisaran 923.000 boepd yang merupakan tahun tinggal landas bagi rencana jangka panjang perusahaan (RJPP) Pertamina 2020-2026.
Petugas memeriksa pengoperasian Rig (alat pengebor) elektrik D-1500E di Daerah operasi pengeboran sumur JST-A2 Pertamina EP Asset 3, Desa kalentambo, Pusakanagara, Subang, Jawa Barat, Selasa (4/2/2020)./ ANTARA - M Ibnu Chazar
Petugas memeriksa pengoperasian Rig (alat pengebor) elektrik D-1500E di Daerah operasi pengeboran sumur JST-A2 Pertamina EP Asset 3, Desa kalentambo, Pusakanagara, Subang, Jawa Barat, Selasa (4/2/2020)./ ANTARA - M Ibnu Chazar

Bisnis.com, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) tidak merevisi targetnya pada tahun ini kendati merosotnya harga minyak dunia yang menyentuh level US$32 per barel.

Direktur Pertamina Dharmawan Samsu mengatakan sejauh ini perseroan tidak akan memangkas produksinya dan masih tetap pada rencana jangka panjang perusahaan (RJPP) Pertamina 2020–2026.

Adapun target pada 2020, produksi Pertamina akan berada pada kisaran 923.000 boepd yang merupakan tahun tinggal landas bagi rencana jangka panjang perusahaan (RJPP) Pertamina 2020-2026. Untuk 2021, Pertamina menargetkan produksi di kisaran 1 juta boepd dan ditargetkan terus naik di tahun-tahun berikutnya.

“Tidak [pangkas produksi] lah,” katanya di kantor Kementerian ESDM, Senin (9/3/2020).

Di samping itu, untuk target investasi dan operasional perseroan, Dharmawan menegaskan bakal berjalan sesuai target.

Untuk pengeboran, Pertamina masih akan mengebor sebanyak 411 sumur dengan total investasi yang dialokasikan sebesar US$7,8 miliar.

“Tidak ada berubah. Masih sama,” jelasnya.

Dharmawan mengungkapkan, guna memitigasi penurunan harga minyak dunia, pihaknya akan lebih mengoptimalkan dan mengefisiensikan pengadaan-pengadaan perseroan agar ongkos produksi bisa lebih ditekan.

Pada saat ini, kata Dharmawan, cost of production per barel (CPOB) Pertamina berada pada level US$9–US$11 per barel.

“Contohnya strategi pengadaan lebih terpadu, kemudian strategi logistik lebih dibuat optimum effort supaya cost production bisa turun,” ungkapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper