Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Dampak Ekonomi Dunia Akibat Virus Corona Versi ADB

Ada tiga skenario yang dibuat ADB, skenario terbaik, moderat, buruk, dan sangat buruk. Skenario itu untuk sisi pariwisata maupun potensi kerugian dunia.
Kondisi jalanan sepi pasca menyebarnya virus corona di Shanghai, China. Bloomberg/Qilai Shen
Kondisi jalanan sepi pasca menyebarnya virus corona di Shanghai, China. Bloomberg/Qilai Shen

Bisnis.com, JAKARTA - China telah memutuskan untuk menutup jalur ekonomi mereka demi menghentikan penyebaran wabah virus corona (covid-19). Sebagai negara asal wabah tersebut, tentu ekonomi China bakal sangat terpukul.

Masalahnya, China merupakan negara dengan kekuatan ekonomi kedua terbesar di dunia. Mereka menyumbang hampir sepertiga pertumbuhan ekonomi global. Artinya, jika mereka terpukul, bakal memiliki efek domino. Yakni, negara lain juga akan terpukul dan mungkin bakal lebih berat.

Jadi, tak perlu heran jika media sekelas New York Times membuat tulisan berjudul “China Menghentikan Kegiatan Ekonomi untuk Menanggulangi Virus Corona. Sekarang Dunia Menderita”.

Terkesan berlebihan? Nanti dulu. Mari kita lihat proyeksi yang dibuat Asian Development Bank (ADB) soal wabah virus corona terhadap perkembangan ekonomi dunia, khususnya Asia.

Sebagai awalan, mari bandingkan dulu virus yang WHO sebut sebagai kejadian luar biasa dan berawal dari China lainnya: Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Tingkat kematian wabah virus corona (1% sampai 3,4%), tak sebesar SARS (10%). Pun tingkat ketertularannya.

Masalahnya, sebaran virus corona berlangsung sangat cepat. Dalam catatan WHO, per Jumat (6/3/2020) siang WIB, sudah ada 79 negara yang terpapar sejak terekam pada 23 Januari. Angka itu belum memasukkan Nigeria yang baru dikonfirmasi Jumat pagi WIB.

Sekadar catatan, periode sebaran atau status luar biasa SARS terjadi pada Maret 2003 hingga Agustus 2003, alias enam bulan. Kini, virus corona sudah masuk bulan ketiga, dan tiap hari selalu ada data terbaru negara yang terpapar virus.

Mari sekarang masuk ke dalam efek ekonomi yang kudu dirasakan negara-negara lain akibat “penutupan” ekonomi China.

Sebagai negara dengan kekuatan ekonomi kedua terbesar di dunia, pun populasi terbanyak di dunia, China memegang peran perekonomian banyak negara, utamanya soal pariwisata.

Dalam catatan ADB, lima negara dengan kunjungan wisata terbanyak dari China pada 2018 adalah, Hong Kong (68% turisnya berasal dari China), Palau (39%), Kamboja (33%), Vietnam (32%), dan Korea Selatan (Korsel 31%). Indonesia sendiri, 16% persen turisnya berasal dari Negeri Tirai Bambu.

Dengan catatan tersebut, ADB pun membuat empat skenario pengaruh ekonomi dari sisi pariwisata. Yang pertama, jika pariwisata di China ditutup 2 bulan (skenario terbaik), lalu 3 bulan (moderat), 6 bulan (buruk), dan lebih dari 6 bulan (terburuk).

  • Skenario terbaik: Pariwisata dari luar Asia ke negara Asia non-China, seperti Asia Timur atau Tenggara, akan turun sama seperti saat SARS, atau sekitar 7,7 persen.
  • Skenario moderat: Pariwisata dari luar Asia ke negara Asia non-China, seperti Asia Timur atau Tenggara, akan turun sekitar 17,7 persen.
  • Skenario buruk dan terburuk: Pariwisata dari luar Asia ke negara Asia non-China, seperti Asia Timur atau Tenggara, akan turun 47,7 persen.

“Skenario ini akan diperbarui, terutama jika wabah virus corona meluas secara signifikan menjadi pandemik global,” tulis laporan ADB yang diterima Bisnis, Jumat (6/3/2020).

Dampak Kerugian Global

Dalam perhitungan ADB, dampak global akibat virus corona ini, akan berkisar US$77 miliar hingga US$347 milar. Angka tersebut setara dengan 0,1% hingga 0,4% PDB global.

“Sebagai estimasi, untuk skenario moderat pengaruhnya sekitar US$156 miliar, atau 0,2% PDB global,” tulis ADB. “Negara-negara berkembang Asia akan mengalami kerugian sekitar US$22 miliar, atau 0,24% jika menggunakan skenario moderat.”

Dalam skenario yang sama, secara global, potensi kehilangan ekonomi dunia mencapai US155 miliar dan China sendiri US$103 miliar. Itu dalam skenario moderat. Jika skenario buruk, secara global, potensi kerugian dunia mencapai US$346  miliar. Angka tersebut berasal dari potensi kerugian China (US$ 236 miliar), negara Asia non-China (US$42 miliar) dan sisanya dari negara-negara lain (US$68 miliar).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Andya Dhyaksa
Editor : Andya Dhyaksa
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper