Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku usaha memastikan tren penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia sudah berada di jalur yang benar. Namun, untuk mengakselerasi pertumbuhan industri hal itu membutuhkan waktu.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan untuk memacu pertumbuhan industri banyak faktor yang harus dilihat. Pertama, daya beli masyarakat yang menurun. Hal itu menjadi kenyataan yg membuat barang konsumsi stagnan.
"Pengusaha Fast Moving Consumer Goods (FMCG) tahun lalu kan mengeluh lagi terjadi penurunan sekitar 4 persenan dari 2018 yang sempat naik 5 persenan," katanya kepada Bisnis, Kamis (20/2/2020).
Kedua ekspor yang sesuai hasil neraca perdagangan kemarin tercatat turun lagi. Begitu pula dengan hasil impornya.
Hariyadi melanjutkan belum selesai persoalan di atas saat ini ada pula fenomena penyakit covid-19 yang ternyata tidak dapat dipandang sederhana.
"Kita tau bahan baku kita tergantung China, mulai dari garmen, makanan, farmasi, dan chemical ini termasuk juga sparepart. Jadi memang pengaruhnya besar," ujarnya.
Baca Juga
Menurut Hariyadi, sementara di China banyak pabrikan belum beroperasi jalur logistik juga terhambat. Pabrikan yang di sini pun ketika tidak ada bahan baku tidak dapat beroperasi.
Sisi lain, pelaku usaha industri tekstil dan produk tekstil (TPT) mengharapkan percepatan penyesuaian dari penurunan suku bunga acuan pada suku bunga kredit perbankan.
Adapun hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) hari ini diputuskan pemangkasan suku bunga acuan sebesar 45 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen. Tren penurunan suku bunga acuan ini merupakan lanjutan dari tahun lalu.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Rizal Tanzil Rakhman mengatakan saat ini pihaknya telah meyakinkan sektor perbankan bahwa industri tekstil bukanlah sunset industri.
Bahkan, dengan kebijakan safeguard nantinya pelaku usaha sudah banyak yang menyatakan minat untuk melakukan ekspansi khususnya dalam hal peremajaan mesin.
"Kalau di kredit perbankan kami masuk dikategori industri besar yang mana satu mesin saja harganya minimal Rp500 juta dan tidak mungkin pabrik cuman membeli satu mesin," katanya.
Rizal pun berharap dengan penurunan suku bunga acuan BI, bank dapat memenuhi permintaan pengusaha yang menginginkan suku bunga kredit lebih rendah. Menurut Rizal, untuk kredit di industri TPT saat ini diberikan suku bunga kredit direntang 9 persen-10 persen.