Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AKSI: Serapan Kopi 'Specialty' Diproyeksikan Meningkat

Penyebaran kopi specialty pada tahun ini diyakini telah mencapai kafe kelas menengah dan menengah bawah. Namun, kopi bubuk biasa masih akan mendominasi pasar kopi nasional.
Tenaga pemetik kopi memilih biji robusta matang di Kebun Getas PTPN IX (Persero) Afdeling Assinan, Salatiga, Jawa Tengah, Rabu (19/7). Tahun ini kebun Getas menargetkan produksi kopi basah mencapai 2.000 ton atau setara 403 robusta kering./JIBI-Pamuji Tri Nastiti
Tenaga pemetik kopi memilih biji robusta matang di Kebun Getas PTPN IX (Persero) Afdeling Assinan, Salatiga, Jawa Tengah, Rabu (19/7). Tahun ini kebun Getas menargetkan produksi kopi basah mencapai 2.000 ton atau setara 403 robusta kering./JIBI-Pamuji Tri Nastiti

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Kopi Spesial Indonesia (AKSI) menyatakan serapan kopi premium atau specialty akan meningkat sekitar dua kali lipat pada tahun ini.

Namun, volume produksi kopi specialty pada tahun ini belum dapat menembus level 10 persen dari total  kopi beredar di dalam negeri. 

Wakil Ketua AKSI Daroe Handojo mengatakan penyebaran kopi specialty pada tahun ini telah mencapai kafe kelas menengah dan menengah bawah. Namun demikian, lanjutnya, kopi bubuk biasa masih akan mendominasi pasar kopi nasional pada tahun ini. 

"Kalau saya tanya ke petani [kopi] arabika], mereka sudah hampir semua bikin kopi specialty. [Serapan kopi specialty tahun ini] lebih tinggi dari tahun lalu, saya yakin itu," katanya kepada Bisnis, Senin (17/2/2020). 

Daroe menambahkan sebarang perusahaan rintisan kafe kopi pun menjadi pertanda bagus bagi serapan kopi specialty di dalam negeri. Menurutnya, hal tersebut justru membuat konsumen beralih dari minuman biasa ke kopi.

Daroe  mencatat pertumbuhan kafe kopi specialty pada akhir 2019 cukup signifikan. Dia justru mengkhawatirkan dari pengguna yang mengkultuskan kopi specialty dari jenis kopi lainnya.

Daroe menilai hal tersebut justru akan membuat serapan kopi specialty di dalam negeri rendah.

"Jadi, yang penting ngopi dulu lalu biarkan tiap orang menentukan [selera]."

Walaupun meningkat, Daroe menyampaikan rendahnya serapan kopi specialty di dalam negeri disebabkan oleh daya beli konsumen dan harga kopi biasa yang terlampau rendah. Menurutnya, saat ini konsumen akan memilih kopi kemasan ketimbang kopi specialty lantaran perbedaan harga yang bisa mencapai 20 kali lipat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper