Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja ekspor Indonesia ke Jepang tertinggal dibandingkan dengan negara pesaingnya di Asean yakni Vietnam.
Hal itu diakui oleh Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Dody Edward. Menurut data Kementerian Perdagangan nilai ekspor RI ke Jepang mencapai US$18,15 miliar pada 2019. Capaian tersebut lebih rendah dari yang diperoleh Vietnam yang ekspornya mencapai US$22,49 miliar.
Adapun Vietnam menduduki negara asal impor Jepang terbesar ke-10 pada 2019 lalu dengan porsi 3,12 persen. Sementara itu, Indonesia menduduki posisi ke-11 dengan nilai US$18,15 miliar atau menguasai porsi impor di Jepang sebesar 2,52 persen.
Dody mengatakan Indonesia saat ini menghadapi tantangan yang tak mudah untuk dapat meningkatkan ekspornya ke Jepang. Pasalnya, Negeri Sakura memiliki karakteristik yang unik karena memiliki persyaratan perdagangan yang ketat.
Namun demikian dia menilai , jika Indonesia mampu menjangkau pasar Jepang, akan memudahkan RI untuk memasuki negara pasar lainnya.
"Untuk ekspor ke Jepang kita bisa lakukan dengan kerja keras. Perlu ada penguatan sumber daya manusia kita, dan lain-lain,” katanya, Selasa (18/2/2020).
Baca Juga
Menurutnya, peluang ekspor ke Jepang masih sangat besar. Produk potensi ekspor Indonesia meliputi karet, produk nabati, ban untuk kendaraan, aparatus pembantu radio navigasi, dan alas kaki.
Hanya saja, lanjutnya, Jepang tengah mengalami pelemahan ekonomi. Bahkan, informasi yang dia terima, menyebutkan ekonomi Jepang akan mengalami penurunan karena adanya kenaikan pajak sehingga menurunkan konsumsi domestik.
"Ini tantangan buat kita. Namun saat ini pemerintah telah merancang strategi," katanya.
Strategi yang disiapkan meliputi perubahan fokus produk ekspor dari produk primer ke produk industri atau olahan dan diversifikasi produk ekspor.
Selain itu strategi lainnya adalah mengelola impor dengan lebih baik, meningkatkan promosi melalui pameran di dalam maupun luar negeri, menggiatkan ekspor jasa, meningkatkan daya saing produk dan sumber daya manusia, dan membangun iklim perdagangan yang kondusif.