Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perindustrian terus memacu daya saing industri alas kaki di dalam negeri karena memiliki orientasi ekspor. Salah satu langkah strategis yang aktif dijalankan adalah mendorong peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM) agar mampu menciptakan produk yang bermutu.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Eko S.A. Cahyanto mengatakan sebagai kelompok sektor padat karya dan berorientasi ekspor, industri alas kaki selama ini telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian nasional.
Hal itu tercermin dari capaian nilai pengapalan produk kulit, barang dari kulit dan alas kaki dari Indonesia yang mampu menembus hingga US$5,12 miliar sepanjang 2019.
“Kami tetap optimistis, nilai ekspor alas kaki akan meningkat pada tahun ini. Apalagi dengan adanya peluang investasi industri alas kaki di Indonesia yang semakin terbuka lebar setelah terjadinya perang dagang antara China dan Amerika Serikat,” katanya melalui siaran pers, Sabtu (1/2/2020).
Namun demikian, guna mengejar target dan kinerja positif dari industri alas kaki Indonesia, perlu didukung ketersediaan tenaga kerja yang kompeten sehingga dapat menggenjot kualitas dan kapasitas nasional.
Oleh karena itu, Kemenperin melalui BPSDMI rutin menggelar Diklat 3in1 (pelatihan, sertifikasi, dan penempatan kerja) untuk operator jahit upper alas kaki.
Secara umum, target peserta Diklat 3in1 selama 2020 akan melibatkan sebanyak 35.000 orang. Pelaksanaannya bakal tersebar di tujuh Balai Diklat Industri Kemenperin yang bekerjasama dengan pusat pelatihan milik perusahaan atau asosiasi industri.
“Sementara itu, khusus untuk Diklat 3in1 sektor alas kaki, sepanjang tahun 2019 telah terealisasi target peserta yang ikut serta sebanyak 10.751 orang yang digelar oleh Pusdiklat dan BDI di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur,” tuturnya.
Total peserta Diklat 3in1 Operator Jahit Upper Alas Kaki Angkatan I-V Tahun 2020 sebanyak 500 orang yang berasal dari wilayah Garut dan sekitarnya. Selama 20 hari, seluruh peserta akan dibekali pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam mengoperasikan mesin jahit upper alas kaki oleh tenaga instruktur yang mayoritas berasal dari pihak industri dan asosiasi.
Pada akhir pelatihan, seluruh peserta akan mengikuti sertifikasi kompetensi dengan mekanisme uji kompetensi oleh Lembaga Sertifikasi Profesi yang ditunjuk dengan skema sesuai materi pelatihan yang diberikan. Melalui mekanisme sertifikasi kompetensi ini, peserta akan mendapat pengakuan terhadap kompetensi yang dimilikinya sehingga diharapkan mampu meningkatkan produktivitas kerja dan daya saing industri.
Eko menambahkan, Diklat 3in1 di Garut ini dilaksanakan sebagai salah satu upaya strategis pemerintah untuk menjawab kebutuhan industri alas kaki terhadap pasokan tenaga kerja yang kompeten.
“Peserta akan ditempatkan di PT Changshin Reksa Jaya, Garut. Ke depan, tentu kerja sama dengan perusahaan lain dengan sektor industri yang beragam akan senantiasa dilakukan,” imbuhnya.
Adapun, industri alas kaki Indonesia tidak dapat dipandang sebelah mata di kancah dunia. Saat ini, Indonesia berada di urutan keenam sebagai negara eksportir alas kaki terbesar di dunia setelah China, Vietnam, Italia, Jerman dan Belgia. Kemudian menyusul Indonesia adalah Perancis, Belanda, Hong Kong, dan Spanyol yang menggenapi jajaran 10 besar eksportir alas kaki di dunia.
Selanjutnya, Indonesia menduduki peringkat keempat produsen alas kaki dengan jumlah 1,271 juta pasang sepatu atau 5,3% dari produksi dunia. Selain itu, harga rata-rata ekspor alas kaki Indonesia masih menempati urutan kelima dunia dengan nilai US$16,70, yang menunjukkan Indonesia mampu memproduksi alas kaki dengan harga kompetitif dan kualitas yang baik.