Bisnis.com, JAKARTA – Citilink Indonesia dan Lion Air terus memantau perkembangan konflik antara Iran dan Amerika Serikat untuk mempersiapkan langkah antisipasi apabila berdampak terhadap kenaikan harga avtur.
Citilink Indonesia telah mempersiapkan langkah antisipasi kenaikan harga avtur pasca konflik di Timur Tengah yang semakin memanas.
VP Corporate Secretary Citilink Indonesia Resty Kusandarin mengatakan hingga saat ini sudah terjadi kenaikan harga avtur. Kendati demikian, kenaikan yang terjadi belum terlalu signifikan.
“Antisipasi dari maskapai terhadap kemungkinan terjadinya kenaikan avtur adalah melakukan efisiensi bahan bakar dengan menerapkan capacity adjustment,” kata Resty kepada Bisnis, Minggu (12/1/2020).
Dia menambahkan upaya lain adalah melakukan pengkajian kembali terhadap seluruh rute-rute penerbangan. Terlebih, rute penerbangan yang memiliki tingkat keterisian kursi (seat load factor/SLF) di bawah 50%.
Di sisi lain, Citilink belum menerapkan sistem lindung nilai (hedging) pada pembelian avtur. Melalui sistem tersebut, nilai avtur biasanya sudah disepakati sejak awal tahun.
Berdasarkan data Paparan Publik PT Garuda Indonesia Tbk. sepanjang Kuartal III/2019, Citilink berhasil mengurangi konsumsi bahan bakar hingga 14,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/y-o-y). Tepatnya, pada Kuartal III/2019 sebesar 100,2 juta liter dibandingkan dengan 117,2 juta liter pada Kuartal III/2018.
Penurunan konsumsi bahan bakar tersebut juga diikuti dengan penurunan available seat kilometers (ASK) sebanyak 11,8% dari 3,7 miliar ASK menjadi 3,3 miliar ASK. ASK merupakan satuan ukuran kapasitas penumpang pesawat yang merupakan hasil perkalian antara jumlah total kursi pada seluruh penerbangan yang terjadi dengan jarak penerbangan dalam satuan kilometer.
Kendati demikian, tarif penumpang (passenger yield) mengalami kenaikan sebesar 47,8% dari US$5,2 sen menjadi US$7,7 sen. Passenger yield merupakan hasil dari jumlah pendapatan penjualan tiket penumpang dibagi dengan harga jual rata-rata tiket penumpang per kilometer yang diterbangi (revenue pax kilometers).
Sementara itu, Corporate Communications Strategic Lion Air Group Danang M. Prihantoro mengaku belum bisa membeberkan langkah antisipasi maskapai terkait dengan kemungkinan kenaikan harga avtur.
“Kami belum bisa menyampaikan statement terkait dengan harga avtur. Namun, kami terus mencermati perkembangan kondisi tersebut,” kata Danang.