Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Realisasi Investasi Sektor ESDM pada 2019 Meleset, Tahun ini Target Naik

Investasi sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM) pada 2019 tercatat senilai US$31,9 miliar atau lebih rendah dari target yang ditetapkan US$33,4 miliar.
Menteri ESDM Arifin Tasrif (ketiga kanan) serta jajaran sedang memaparkan capaian kinerja 2019 dan program 2020 di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (9/1/2020)./Bisnis-Ni Putu Eka Wiratmini
Menteri ESDM Arifin Tasrif (ketiga kanan) serta jajaran sedang memaparkan capaian kinerja 2019 dan program 2020 di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (9/1/2020)./Bisnis-Ni Putu Eka Wiratmini

Bisnis.com, JAKARTA - Investasi sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM) pada 2019 tercatat senilai US$31,9 miliar atau lebih rendah dari target yang ditetapkan US$33,4 miliar.

Menteri ESDM Arifin Tasrif memaparkan realisasi investasi terbesar berasal dari subsektor minyak dan gas bumi (migas) senilai US$12,5 miliar, disusul subsektor listrik US$12 miliar, pertambangan mineral dan batu bara (minerba) US$5,9 miliar, dan subsektor energi baru terbarukan dan konservasi energi (EBTKE) senilai US$1,5 miliar. 

Berdasarkan target per subsektor, hanya subsektor listrik yang mencapai target. Investasi di subsektor ini ditargetkan senilai US$12 miliar dan tercapai dengan angka yang sama.

Untuk subsektor migas, target investasinya senilai US$13,4 miliar,minerba US$6,2 miliar, dan EBTKE US$1,8 miliar.

Adapun pemerintah kembali meningkatkan target investasi di sektor ESDM pada tahun ini. "Target investasi 2020 hanya meningkat menjadi US$35,9 miliar," katanya, Kamis (9/1/2020).

Target investasi ESDM pada 2020 itu terdiri dari migas senilai US$13,8 miliar, listrik US$12 miliar, minerba US$7,8 miliar, dan EBTKE US$2,3 miliar.

Menurutnya, Kementerian ESDM telah menyiapkan sejumlah langkah untuk dapat merealisasi target tersebut. Sejumlah langkah tersebut mulai dari meningkatkan kesiapan infrastruktur, ketersedian energi maupun bahan baku yang ada, kemudahan mendapatkan lahan, dan aturan yang semakin sederhana dan dipangkas agar tidak berbelit-belit. 

"Kami tidak jadi produsen aturan, tetapi juga bisa mendorong percepatan proses industri," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper