Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja industri air minum dalam kemasan pada 2019 diperkirakan hanya mencapai kisaran 9% setelah realisasinya pada kuartal terakhir melambat.
Ketua Asosiasi Pengusaha Air Minum Dalam Kemasan (Aspadin) Rachmat Hidayat mengatakan realisasi kinerja produksi pada kuartal IV/2019 ternyata di luar ekspektasi. Oleh karena itu, dia mengatakan bahwa pertumbuhan kinerja industri air minum dalam kemasan yang diperkirakan mampu mencapai 10% sulit untuk terealisasi.
"Sepertinya industri air minum dalam kemasan agak berat mencapai double digit, tetapi masih bisa mencapai 9%," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (2/1/2020).
Rachmat mengatakan perlambatan kinerja tersebut tidak hanya dialami oleh produsen air minum dalam kemasan, tetapi juga oleh pelaku industri minuman ringan dan bahkan sektor makanan dan minuman secara keseluruhan. Realisasi kinerja itu dinilai anomali.
Pasalnya, umumnya kinerja industri justru meningkat pada kuartal terakhir setiap tahunnnya. "Ini agak aneh juga situasinya. Pelaku industri juga masih bingung dengan kondisi ini," ujarnya.
Aspadin, kata Rachmat, belum bisa memperkirakan apa faktor yang memengaruhi perlambatan kinerja pada kuartal terakhir tahun lalu. Pelaku industri makanan dan minuman pun belum bisa menyimpulkan penyebabnya.
Padahal, jelas dia, industri menunjukkan performa yang impresif pada semester pertama dan juga hingga kuartal ketiga. Agenda pemilihan umum menjadi salah satu faktor utama yang mengerek kinerja industri pada paruh pertama tahun ini.
"Kuartal pertama dan kedua sangat bagus. Kuartal ketiga juga sebenarnya masih baik, kendati mulai melambat pada akhirnya," ujarnya.
Sebelumnya, Aspadin cukup optimistis menghadapi kuartal IV/2019. Rachmat kala itu memperkirakan peningkatan kinerja industri pada tiga kuartal pertama masih akan terjaga hingga akhir tahun. Situasi ekonomi dan politik diperkirakan masih berlangsung kondusif.
Selain itu, faktor pendorong pada akhir tahun, terutama Hari Raya Natal dan liburan akhir tahun, akan menjaga konsumsi air minum dalam kemasan.