Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku usaha memperkirakan pasar ayam pedaging (broiler) pada tahun depan masih diwarnai oleh kebijakan pemangkasan stok alias afkir.
Ketua Umum Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU) Achmad Dawami menyatakan pemangkasan setidaknya perlu dilakukan pada awal 2020. Pada Januari 2020, surplus produksi diperkirakan mencapai 20 juta ekor livebird setiap pekannya.
Dia menjelaskan bahwa produksi ayam pedaging siap potong kelas Final Stock (FS) pada 2020 merupakan keturunan dari indukan kelas Grand Parent Stock (GPS) yang diimpor pada 2018. Adapun pada tahun tersebut, pemerintah mengeluarkan rekomendasi impor sebanyak 707.000 ekor dengan realisasi yang melampaui 90%.
"Sepanjang 2018 realisasinya mencapai 699.000 ekor dan itu masih cukup tinggi. Sementara pada 2019 yang merupakan produksi dari GPS yang diimpor pada 2017 saja, banyak pembibit yang melalukan cutting atas inisiasi sendiri karena harga kurang baik," ujar Dawami kepada Bisnis, Kamis (26/12/2019).
Terlepas dari pemangkasan populasi yang kerap terjadi pada 2019, Dawami memperkirakan bahwa keseimbangan pasokan dan permintaan pada 2020 setidaknya bakal lebih baik. Dia berharap ada peningkatan serapan seiring ditemukannya wabah Demam Babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) di Sumatra Utara beberapa waktu lalu.
"Harapan kami ada peningkatan konsumsi ayam dari masyarakat yang konsumsi utamanya daging babi usai ditemukannya kasus ASF. Tapi berapa peningkatannya tidak bisa kami perkirakan karena mengalihkan konsumsi ini kan tidak bisa dipaksa," imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) wilayah Jawa Tengah Pardjuni mengemukakan pemerintah perlu memutuskan jumlah pemangkasan demi mengantisipasi anjloknya harga pada awal tahun. Dia mengatakan potensi kelebihan pasokan livebird pada Januari bisa mencapai 20 juta ekor per minggunya.
"Kami harap sepanjang Januari ada pemangkasan 20 juta ekor per minggu demi menjaga harga selama Februari sampai Maret. Ini masa-masa yang rawan karena permintaan cenderung rendah. Kalau Juni sampai Agustus harga membaik karena permintaan naik. Akhir tahun pun perlu ada penyesuaian lagi," kata Pardjuni.