Bisnis.com, JAKARTA - Ouput industri Singapura secara tak terduga turun pada November, menandai penurunan terbesar dalam 4 tahun terakhir.
Laporan terbaru itu menunjukkan indikasi bahwa pemulihan di kawasan penentu ekonomi Asia tersebut kemungkinan akan penuh tantangan.
"Output bulan lalu turun 9,3% dari tahun sebelumnya, penurunan paling tajam sejak Desember 2015," menurut Data Dewan Pengembangan Ekonomi Singapura, dikutip melalui Reuters, Kamis (26/12/2019).
Manufaktur elektronik merosot 20,9% dan produksi farmasi turun 12,7%.
Secara bulanan, dari Oktober ke November serta penyesuaian musiman, produksi industri turun 9,4%, setelah kenaikan 3,0% yang direvisi pada bulan sebelumnya.
Berdasarkan perkiraan dari lima analis, perkiraan median sebelumnya justru menunjukkan kenaikan 1,1% secara bulanan dan 0,8% secara tahunan bedasarkan survei Reuters.
Ekonomi berorientasi ekspor Singapura terpukul keras tahun ini oleh perang dagang yang berkepanjangan antara Amerika Serikat dan China serta penurunan siklus di sektor elektronik.
Namun, data untuk 2 bulan sebelumnya menunjukkan tanda-tanda pemulihan awal, dengan output manufaktur meningkat pada September dan Oktober.
Singapura, yang diperkirakan akan mengadakan pemilihan dalam beberapa bulan ke depan, merevisi pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga pada November dan berhasil lolos dari risiko resesi yang diperkirakan oleh beberapa ekonom.
Negara tersebut akan merilis perkiraan PDB awal untuk kuartal keempat dan tahun 2019 pada 2 Januari.