Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia menjelaskan kinerja ekspor dari Indonesia ke China dan kawasan Asia Tenggara lain mengalami perbaikan.
Dilansir dari Laporan Perkembangan Ekonomi Terkini Desember 2019 dari Bank Indonesia, perbaikan ekspor dipicu oleh kenaikan ekspor pulp, dan serat tekstil ke China.
Bank Indonesia juga menjelaskan bahwa perbaikan ekspor dipengaruhi oleh masih kuatnya ekspor komoditas besi dan baja ke China dan Asia Tenggara. Beberapa tren lain adalah masih berlanjutnya komoditas ekspor kendaraan bermotor ke Asia Tenggara dan Arab Saudi.
Secara umum impor pada kuartal IV/2019 juga mencatatkan penurunan, disebabkan oleh menurunnya impor barang modal dan impor bahan baku. Selain itu penurunan impor juga dampak dari sinergi bauran kebijakan yang telah ditempuh Bank Indonesia selama ini.
Dalam laporannya, Bank Indonesia menjelaskan bahwa meski neraca perdagangan Indonesia defisit US$1,33 miliar pada November 2019 tetapi sempat mengalami surplus pada bulan sebelumnya US$170 juta.
Bank Indonesia menilai kenaikan defisit ini disebabkan oleh kenaikan impor barang konsumsi sesuai pola musiman jelang akhir tahun. Selain itu juga ada kebutuhan impor untuk meningkatkan produktivitas dalam negeri.
Bank Indonesia pun memprakirakan bahwa Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) diperkirakan membaik pada kuartal IV/2019 dipengaruhi oleh surplus transaksi modal dan finansial, serta defisit transaksi berjalan yang terkendali.
Adapun aliran modal asing yang masuk sepanjang kuartal IV/2019 banyak didukung oleh Penanaman Modal Asing (PMA), dan investasi portofolio. Sepanjang Oktober-November 2019, tercatat aliran modal asing ke pasar keuangan domestik sebesar US$6,20 miliar lebih tinggi dari kuartal III/2019 sebesar neto US$4,85 miliar.
Adapun aliran modal asing ini ditopang dari sektor publik dan swasta terutama pada instrumen Surat Utang Negara (SUN) dan obligasi korporasi.