Bisnis.com, JAKARTA - Industri smelter di Indonesia didorong untuk membeli listrik dari PT PLN (Persero) dibandingkan dengan menggunakan pembangkit sendiri karena tarif jual yang lebih rendah.
Terkait hal tersebut, pemerintah menjamin akan terus berupaya menurunkan harga listrik untuk industri.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Rida Mulyana mengatakan tarif listrik di Indonesia untuk sektor industri besar atau dengan tegangan tinggi (TT) sudah cukup rendah. Apabila dibandingkan dengan negara-negara di Asean, tarif listrik TT Indonesia di hanya kalah murah dengan Malaysia.
Tarif listrik TT di Indonesia adalah senilai US$7,47 sen per kWh pada Oktober 2019. Sementara itu, pada periode sama, tarif listrik di Malaysia senilai US$7,37 sen per kWh.
Meskipun demikian, tarif listrik Indonesia masih jauh lebih murah dibandingkan Vietnam yang sebesar US$7,75 sen per kWh, Thailand US$8,07 per kWh, Filipina US$10,09 sen per kWh, dan Singapura US$12,42 sen per kWh.
“Meskipun angkanya kayak gini, ini adalah harga tertinggi dan masih ada peluang untuk dinego. Kami siap diskusi bisa turunkan harga listrik PLN,” katanya, Jumat (20/12/2019).
Menurutnya, selain tarif, pasokan listrik PLN juga cukup untuk mendukung kegiatan industri smelter di Indonesia. Dengan listrik PLN yang dijual ke smelter pun tidak akan membuat perusahaan setrum tersebut over investment.