Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja impor November 2019 sebesar US$15,34 miliar atau meningkat 3,94 persen dibandingkan dengan Oktober 2019.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, peningkatan impor ini terjadi baik untuk migas maupun nonomigas. "Sebaliknya kalau dibandingkan dengan posisi 2018 impor justru mengalami penurunan cukup dalam yakni 9,24%," jelasnya kepada pers, Senin (16/12/2019).
Menurutnya, peningkatan impor ini ditopang oleh perilaku banyak kebutuhan konsumsi pada Desember jelang libur sekolah, jelang Natal, dan tahun baru.
Berdasarkan penggunaan barangnya impor barang konsumsi mengalami kenaikan tertinggi yakni 16,28% secara tahunan dan 16,13% secara bulanan. "Beberapa jenis barang konsumsi yang mengalami peningkatan a.l. buah-buahan, apel dari china dan jeruk mandarin dari China dan white suger dari Thailand," ujarnya.
Adapun impor barang bahan baku penolong justru tercatat turun 13,23% secara tahunan dan meningkat 2,63% secara bulanan. Sementara itu impor barang modal turun 3,55% secara tahunan dan naik 2,58% secara bulanan.
Suhariyanto memerinci, beberapa peningkatan impor adalah; mesin dan perlengkapan elektronik, bahan bakar mineral, kendaraan dan bagiannya, mesin dan peralatan mekanis, dan buah-buahan.
Sementara itu penurunan impor terjadi pada beberapa komoditas seperti serelia, logam mulia, perhiasan permata, gula dan kembang gula, ampas atau sisa industri makanan, dan besi juga baja.
Total impor Januari-November 2019 adalah sebesar US$156,22 miliar dibandingkan dengan total impor yang sama tahun lalu ada turun 9,88%.
“Ini di mana komponen utama diduduki mesin-mesin dan pesawat mekanik yang share total impornya sekitar 18% dan mesin dan perlembangkapam eletrik 13,22%,” jelas Suhariyanto.