Bisnis.com, JAKARTA - Pengoperasian pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) yang saat ini kapasitasnya sebesar 2.047 megawatt (MW) berpotensi menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) lebih dari 10 juta ton CO2 per tahun.
Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Ali Mundakir menjelaskan pemasangan kapasitas 1 MW PLTP sebanding dengan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) untuk pembangkitan sebanyak 47,3 barel setara minyak per hari (barrel oil equivalent per day/boepd).
PGE saat ini mengelola 14 wilayah kerja dengan kapasitas terpasang sebesar 672 MW own operation dan 1.205 MW joint operation contract (JOC) sehingga kontribusi PGE mencapai 94% dari total kapasitas terpasang PLTP di Indonesia yang sebesar 2.047 MW.
Adapun dari 672 MW PLTP yang dioperasikan sendiri, telah terjadi penghematan dari kegiatan impor BBM senilai US$500 juta per tahun.
"Kalau geothermal didorong, akan mengurangi impor, mengurangi devisa ke luar, dan mengurangi fluktuasi kurs. Jadi, ini salah satu multiplier effect pengembangan geothermal," katanya, Kamis (12/12/2019).
Sementara itu, PGE menargetkan total kapasitas terpasang untuk PLTP yang dioperasikan sendiri mencapai 1.112 MW pada 2026 dengan komitmen investasi senilai US$2,68 miliar.