Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Sektor Mamin Naik, Pabrik Gula Rafinasi Dipacu

Saat ini industri pergulaan nasional masih menghadapi berbagai tantangan, termasuk kemampuan produksi pabrik gula yang masih rendah.
Alat khusus pengangkat mengatur tumpukan karung berisi gula rafinasi di salah satu pabrik di Makassar, Sulsel, beberapa waktu lalu./Bisnis-Paulus Tandi Bone
Alat khusus pengangkat mengatur tumpukan karung berisi gula rafinasi di salah satu pabrik di Makassar, Sulsel, beberapa waktu lalu./Bisnis-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian menyatakan kebutuhan pembangunan pabrik gula berbasis tebu masih besar pada 2020 untuk memenuhi permintaan gula kristal rafinasi (GKR) dari industri makanan dan minuman (mamin) yang diperkirakan tumbuh hingga 9%.

Abdul Rochim, Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, mengatakan GKR menjadi kebutuhan pokok industri mamin. Permintaannya terus meningkat seiring pertumbuhan sektor mamin.

Pada kuartal III/2019, katanya, sektor tersebut bertumbuh 8,33% dengan kontribusi hingga 37% bagi produk domestik bruto atau PDB industri pengolahan nonmigas. Sektor mamin mempunyai peran yang cukup signifikan dalam pertumbuhan perekonomian di Indonesia.

Dengan pertumbuhan sektor mamin yang diperkirakan bisa mencapai kisaran 9%, Rochim berharap industri gula rafinasi di dalam negeri bisa terus mengembangkan kapasitasnya, terutama melalui pembangunan pabrik gula berbasis tebu.

"Dalam rangka memenuhi kebutuhan gula nasional tersebut, diharapkan industri gula rafinasi dapat ikut berpartisipasi dalam peningkatan produksi gula nasional melalui pembangunan pabrik gula baru berbasis tebu," ujarnya, Rabu (11/12/2019).

Rochim menjelaskan saat ini industri pergulaan nasional masih menghadapi berbagai tantangan, termasuk kemampuan produksi pabrik gula yang masih rendah, yaitu rata-rata sebesar 2,2 juta ton per tahun. Kemampuan itu, masih jauh di bawah total kebutuhan nasional yang mencapai 5,8 juta ton per tahun.

Data Kemenperin menunjukkan bahwa 2,8 juta ton merupakan kebutuhan untuk konsumsi langsung dan 3 juta ton untuk memenuhi kebutuhan industri mamin dan farmasi.

Untuk memenuhi kebutuhan industri, Rochim mengatakan produksi GKR dilakukan oleh produsen yang mengolah gula mentah atau raw sugar impor.

"Total kapasitas izin yang dimiliki seluruh perusahaan gula rafinasi tersebut sebesar 5,01 juta ton, dengan realisasi produksi GKR sekitar 3 juta ton per tahun sesuai dengan kebutuhan industri mamin dan farmasi."

Rochim mengatakan saat ini ada sekitar 11 pabrik yang mengolah raw sugar menjadi GKR, sedangkan ada sekitar 40 pabrik yang berbasis tebu. Pada 2020, katanya, terdapat sejumlah pabrik gula baru yang bakal beroperasi, antara lain di Bombana, Sulawesi Tenggara, dan di Sumba, Nusa Tenggara Timur.

Pemerintah sudah membatasi fasilitas pengolahan gula rafinasi. Investor baru di industri gula akan diarahkan pada pengembangan pabrik berbasis tebu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Galih Kurniawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper