Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Asia Menguat Berkat Komentar Trump soal Perundingan Dagang

Presiden A.S. Donald Trump mengatakan bahwa Amerika Serikat dan China hampir mencapai kesepakatan pada perjanjian dagang fase pertama setelah para negosiator top dari kedua negara berbincang melalui telepon dan setuju untuk terus fokus memecahkan masalah yang tersisa.
Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menghadiri pertemuan bilateral kedua negara di sela-sela KTT G20 di Osaka, Jepang, Sabtu (29/6/2019)./Reuters-Kevin Lamarque
Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menghadiri pertemuan bilateral kedua negara di sela-sela KTT G20 di Osaka, Jepang, Sabtu (29/6/2019)./Reuters-Kevin Lamarque

Bisnis.com, JAKARTA - Saham Asia menguat pada Rabu (27/11/2019) setelah sinyal optimistis dari perundingan dagang AS-China memicu harapan pelonggaran sengketa tarif, sedangkan ekspektasi bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga rendah turut mendukung sentimen.

Presiden A.S. Donald Trump mengatakan bahwa Amerika Serikat dan China hampir mencapai kesepakatan pada perjanjian dagang fase pertama setelah para negosiator top dari kedua negara berbincang melalui telepon dan setuju untuk terus fokus memecahkan masalah yang tersisa.

"Suasana positif mendorong indeks Wall Street ke rekor penutupan tertinggi baru pada Selasa [26/11/2019], waktu setempat dan memicu sentimen di Asia," dikutip melalui Reuters, Rabu (27/11/2019).

Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik, selain Jepang, naik 0,19%. Sementara itu, saham Australia bertambah 0,65% dan Nikkei Jepang naik 0,36%.

Saham blue-chip China sebaliknya, turun 0,39% setelah data pemerintah menunjukkan laba di perusahaan industri China menurun secara tahunan untuk bulan ketiga berturut-turut pada Oktober.

Penurunan harga dan produksi produsen yang berkelanjutan dan menggarisbawahi momentum pelambatan pada ekonomi terbesar kedua dunia.

Di samping pernyataan Trump terkait Washington yang kini berada dalam pergolakan akhir dengan Beijing untuk mencapai kesepakatan, dia juga menggarisbawahi dukungan AS untuk pengunjuk rasa di Hong Kong, dan ini menjadi isu baru bagi Beijing.

Menurut Kay Van-Petersen, ahli strategi makro global di Saxo Capital Markets, Singapura, di saat perkembangan perdagangan AS-China mungkin mendorong beberapa langkah taktis jangka pendek di pasar, kebanyakan hanya 'noise'.

"Arah fokus pasar yang lebih luas adalah tentang kebijakan moneter The Fed yang akomodatif dan fakta bahwa secara struktural meta-tren imbal hasil dan suku bunga masih rendah," katanya.

Beberapa analis mengatakan penurunan imbal hasil obligasi AS pada Selasa (26/11/2019) juga menunjukkan lebih banyak penjelasan mekanis, di luar faktor perang dagang, untuk kenaikan harga ekuitas.

"Ini memperkuat gagasan bahwa ini adalah langkah pump-priming The Fed untuk melonggarkan likuiditas pasar yang mendorong kedua gerakan pasar ini," Greg McKenna, ahli strategi di McKenna Macro.

Pada Senin (25/11/2019), Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa kebijakan moneter didisposisikan dengan baik untuk mendukung pasar tenaga kerja AS yang kuat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper