Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sejumlah Sektor Manufaktur Bakal Tertekan pada Tahun Depan

Kinerja sektor kaca lembaran diproyeksikan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional.
ilustrasi/goodyear
ilustrasi/goodyear

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah sektor industri diperkirakan bertumbuh stagnan pada 2020. Pelaku usaha sektor manufaktur berharap dukungan kebijakan pemerintah agar kinerja lebih baik.

Yustinus H. Gunawan, Chairman Asosiasi Kaca Lembaran & Pengaman (AKLP), mengatakan pihaknya memperkirakan kinerja sektor kaca lembaran sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Target itu, jelasnya, sudah termasuk dengan pertumbuhan kaca pengaman untuk industri otomotif.

Target itu tidak berubah dari proyeksi pertumbuhan 2019 yang diperkirakan mencapai 5%.

"Sektor kaca lembaran targetkan pertumbuhan mirip dengan pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu sekitar 5,0% - 5,5%," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (24/11/2019).

Yustinus menegaskan target pertumbuhan itu bisa tercapai bila pemerintah bisa merealisasikan sejumlah kebijakan di sektor energi dalam mendukung industri nasional. Pihaknya berharap Peraturan Presiden No. 40/2016 tentang Penetapan Harga Gas Bumi bisa diimplementasikan.

Selain itu, jelasnya, pihaknya berharap kebijakan tarif listrik khusus untuk industri bisa dijalankan. "Kecepatan pemerintah mengimplementasi kebijakan energi untuk sektor produktif, termasuk industri manufaktur, bisa terwujud dengan cepat."

Menurutnya, sektor industri kaca lembaran harus bertumbuh untuk menjaga keberlanjutan proses produksi di tungku peleburan. Bila suhu turun, maka struktur batu tahan api di dalam tungku peleburan akan rusak.

Dia berharap pada tahun depan terjadi peningkatan ekspor mobil utuh sebab meningkatkan permintaan kaca pengaman yang berbahan baku kaca lembaran. Di samping itu, dia berharap sektor properti bisa lebih baik dari tahun ini agar mampu mendorong permintaan kaca lembaran.

"Sektor industri kaca lembaran harus tumbuh volumenya berapapun terlepas dari kondisi luar karena karakter dasar teknik produksinya adalah harus tetap menjaga panas tinggi dalam tungku peleburan," ujarnya.

Agus Sarsito, Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI), menilai kinerja industri ban pada tahun depan masih akan tertekan oleh kondisi global. Faktor perang dagang antara Amerika Serikat dan China, jelasnya, akan menekan kinerja ekspor produk ban dalam negeri.

Kendati begitu, dia menilai pasar dalam negeri masih potensial untuk dikembangkan. "Saya belum berani menyebut target pertumbuhan. Masih tergantung perang dagang, meski domestik masih oke," ujarnya.

Permintaan domestik, ujarnya, dipicu oleh peningkatan jalinan infrastruktur tol. Meningkatnya mobilitas masyarakat dinilai bakal memicu permintaan ban.

Azis Pane, Ketua Umum APBI, mengingatkan bahwa pelaku industri harus bersiap untuk menghadapi produk impor. Dia menjelaskan pengembangan barufasilitas produksi ban skala besar di Thailand dan Malaysia oleh investor China menjadi ancaman bagi produsen lokal.

Terkait target pertumbuhan, dia menilai pihaknya hanya bisa memastikan bahwa produsen ban berupaya untuk tidak merumahkan karyawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Galih Kurniawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper