Bisnis.com, TOKYO - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyerap masalah-masalah dan masukan dari korporasi besar di Jepang yang berinvestasi di Indonesia.
Dalam pertemuan bisnis selama satu hari penuh, Menperin bertemu dengan delapan korporasi raksasa Negeri Sakura ini. Kedelapan korporasi itu adalah Nippon Steel Corporation, Nippon Shokubai, AGC Inc, Mitsubishi Motors Corporation, Toyota Group, Suzuki Motor Corporation, Isuzu Japan, dan Honda Motor Co, Ltd.
Agus mengatakan secara garis besar pertemuan dengan pihak industri di Jepang sangat produktif dan pihaknya ingin melakukan belanja masalah.
"Kami ingin mengeksplorasi dan mengetahui masalah masalah apa saja yang ditemukan oleh industri di lapangan," ujar Menperin Agus Gumiwang di Tokyo, Senin (18/11/2019).
Menperin menilai apabila disimpulkan belanja masalah yang diperolehnya dari para investor tesebut tidak selalu signifikan atau tidak terlalu menganggu kegiatan investasi mereka di Indonesia.
Beberapa masalah yang masih menjadi tantangan di sektor industri dan diungkapkan oleh korporasi Jepang ke Menperin di antaranya masalah pasokan bahan baku termasuk harga yang belum kompetitif, upah pekerja, dan regulasi.
"Misalnya seperti Asahimas Group yang meminta diperhatikan suplai gas sebagai bahan baku atau paling tidak harga gas industri tidak naik lagi."
Untuk merespons persoalan harga gas industri, Menperin menegaskan pihaknya akan membicarakan hal ini di tingkat lintas kementerian. Namun, Menperin meyakini Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang memiliki kewenangan untuk menentukan harga gas tersebut paham akan apa saja yang menjadi concern dari industri.
"Sekarang sudah ada aturan dari Menteri ESDM untuk menunda kenaikan harga gas dengan jangka waktu yang tidak ditentukan."
Agus mengatakan beberapa pelaku industri Jepang menilai bahwa peraturan pemerintah mengenai gas industri sudah cukup baik. Mereka mendukung kebijakan pemerintah untuk memberi ruang bagi tujuh jenis industri dalam kaitannya dengan harga gas itu.
"Pertanyaannya selanjutnya adalah implementasinya di lapangan."
Lebih lanjut, persoalan mengenai bahan baku juga disampaikan oleh Asahi Chemical yakni ketahanan pasokan garam impor industri di Indonesia yang sejauh ini masih dipenuhi dari impor.
"Kami sudah berikan komitmen untuk impor garam untuk industri. Berapapun yang dibutuhkan industri sekali lagi bagi industri yang belum tersedia di dalam negeri itu wajib kami berikan kemudahan,” kata Menperin.
Mengenai upah, industri di Jepang berharap adanya perbaikan upah pekerja di Tanah Air. Untuk itu Menperin berkomitmen untuk melihat kembali sistem pengupahan yang berlaku saat ini.
"Kami akan lakukan pendekatan sektoral, tidak hanya pendekatan wilayah saja. Industri yang menghasilkan devisa atau padat tenaga kerja perlu kita beri treatment khusus."