Bisnis.com, JAKARTA – Gabungan Pengusaha Makanan Ternak optimistis industri pakan unggas dapat tumbuh positif pada 2020. Keyakinan itu didukung dengan proyeksi kebutuhan protein unggas yang meningkat.
Menghadapi tantangan harga jagung sebagai komponen utama pakan yang kerap berfluktuasi dan perlambatan ekonomi, industri pakan diperkirakan tetap dapat tumbuh setidaknya di posisi 6 persen.
"Tetap ada penambahan pabrik. GPMT estimasi pertumbuhan sekitar 6 persen setiap tahunnya. Hanya saja kalau melihat perekonomian 2019 dan ekonomi global yang melambat mungkin bakal ada perlambatan beberapa capex dari rencana feedmill," ujar Ketua GPMT Johan, Rabu (13/11/2019).
Johan mengemukakan perlambatan ini terlihat dari potensi tak terealisasinya belanja modal sejumlah rencana bisnis perusahaan. Johan mengemukakan perencanaan tersebut tak benar-benar dikesampingkan oleh perusahaan. Alih-alih demikian, dia menyatakan pelaku usaha cenderung melakukan penundaan sembari melihat kondisi pasar.
"Target capital expenditure bukan dihilangkan, hanya tertunda sambil melihat situasi dan kondisi. Penambahan silo dan dryer tetap ada. Beberapa sudah menyiapkan lahan namun ada yang menunda pembangunan," ujarnya.
Di sisi lain, Johan pun mengemukakan penyerapan jagung lokal oleh industri terus meningkat dalam tiga tahun terakhir. Tren ini terlihat usai pemerintah secara resmi menutup keran impor jagung bagi industri pakan.
Berdasarkan data GPMT, impor jagung tercatat pernah menyentuh angka 3,24 juta ton pada 2014,lalu 2,74 juta ton pada 2015, dan 884.000 ton pada 2016. Mulai 2017, industri pakan sama sekali tak melakukan importasi jagung menyusul keluarnya larangan pemerintah.
Keluarnya larangan ini pun berimbas pada peningkatan konsumi jagung pada industri pakan seiring bertambahnya kandungan jagung lokal dalam formula pakan ternak.
Kebutuhan jagung industri pakan tercatat mencapai 4,9 juta ton dengan kandungan pada pakan sebesar 32,78 persen pada 2017. Angka tersebut terus tumbuh menjadi 5,75 juta ton pada 2018 dengan kandungan pada formula pakan sebesar 36,29 persen.
"Industri pakan ini perlu belajar secara perlahan untuk menyesuaikan formula jagung dalam pakan. Perkiraan kami tahun ini bisa menyerap 7 juta ton dan kandungan pada formula sebesar 42 persen," ujar Johan.
Kapasitas pengolah jagung pun tercatat terus mengalami peningkatan. Pada 2018, total kapasitas penyimpanan jagung (silo) yang tersebar di 10 provinsi sentra produksi menyentuh angka 1,47 juta ton atau tumbuh 10,3% dibanding kapasitas pada 2017. Untuk pengering (dryer), kapasitas secara nasional berjumlah 31.486 ton per hari atau tumbuh 7,06 persen dibandingkan 2017.