Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Stok CBP di Bulog Menumpuk, OP di Ritel Modern Jadi Solusi

Penyaluran cadangan beras pemerintah (CBP) melalui operasi pasar di ritel modern dapat menjadi salah satu opsi mengurai persoalan menumpuknya stok beras tersebut di gudang milik Perum Bulog (Persero).
Pekerja mengisi beras kedalam karung di Gudang Bulog Divisi Regional Riau - Kepulauan Riau di Pekanbaru, Riau, Rabu (18/4/2018)./ANTARA-Rony Muharrman
Pekerja mengisi beras kedalam karung di Gudang Bulog Divisi Regional Riau - Kepulauan Riau di Pekanbaru, Riau, Rabu (18/4/2018)./ANTARA-Rony Muharrman

Bisnis.com, JAKARTA - Penyaluran cadangan beras pemerintah (CBP) melalui operasi pasar di ritel modern dapat menjadi salah satu opsi mengurai persoalan menumpuknya stok beras tersebut di gudang milik Perum Bulog (Persero).

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Suhanto mengakui Perum Badan Urusan Logistik (Persero) sedang menghadapi persoalan dalam penyaluran beras CBP. Hal itu tak lepas dari berubahnya skema bantuan sosial pangan dari beras sejahtera menjadi bantuan pangan nontunai (BPNT) secara penuh tahun ini.

Di sisi lain, saat ini Bulog hanya diperbolehkan menyalurkan CBP dalam bentuk operasi pasar atau program ketersediaan pasokan dan stabilitas harga (KSPH), BPNT serta bantuan kemanusiaan. Adapun, stok CBP Bulog saat ini berada pada level yang cukup besar yakni 2,3 juta ton.

“Untuk mempercepat pengeluaran CBP Bulog, kami akan melibatkan pengusaha ritel modern untuk ikut serta melakukan operasi pasar menggunakan beras medium,” ujarnya, kepada Bisnis.com, Senin (11/11/2019).

Dia mengatakan selama ini proses operasi pasar yang dilakukan Bulog  dan pemerintah cenderung hanya dilakukan melalui pasar tradisional dan jalur konvensional lainnya. Dia melanjutkan, padahal saat ini, cukup banyak masyarakat  yang telah menggeser lokasi berbelanjanya dari pasar tradisional menuju ritel modern.

Hal tersebut, menurut Suhanto, diharapkan dapat membuat kebijakan operasi pasar atau KPSH yang dilakukan Bulog dapat berjalan secara masif. Dia mengatakan, para pengusaha ritel modern yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) telah sepakat ikut serta dalam program operasi pasar tersebut.

“Harapan kami, selain membantu Bulog menambah jalur penyaluran berasnya, upaya stabilisasi harga beras juga menjangkau ritel modern setelah selama ini lebih banyak bergantung ke pasar tradisional,” ujarnya.

Kendati demikian dia belum dapat memastikan berapa potensi volume serapan beras CBP milik Bulog yang dapat disalurkan melalui gerai-gerai ritel modern. Pasalnya, Aprindo saat ini masih melakukan penghitungan, volume beras yang dapat disalurkan melalui operasi pasar di ritel modern di seluruh Indonesia. Adapun, Bulog dan Aprindo dijadwalkan melakukan penandatangan perjanjian kerja sama pada Selasa (12/11/2019).

Sementara iti Direktur Operasional Bulog Tri Wahyudi Saleh mengamini, kebijakan perluasan operasi pasar ke ritel modern dapat menjadi salah satu solusi mengurangi penumpukan CBP di gudang perusahaannya.

Terlebih, hingga Senin (11/11/2019), realisasi operasi pasar yang dilakukan Bulog sepanjang tahun ini masih berada pada level 437.170 ton atau jauh di bawah target yang dicanangkan sebanyak 1,48 juta ton.

“Kami sudah siapkan beras medium untuk ritel modern, berikut denga  konsep kemasannya agar menarik ketika dipajang di gerai-gerai ritel modern. Kami perkirakan operasi pasar di ritel modern ini akan efektif, sebab pada akhir tahun permintaan konsumen akan meningkat seiring adanya libur Natal dan Tahun Baru,” katanya.

Dia mengatakan, pola operasi pasar di ritel modern pun akan serupa dengan yang dilakukan di pasar tradisional. Peritel modern diwajibkan menjual beras medium di bawah harga eceran tertinggi (HET) yang diatur dalam Peraturan Menteri Pedagangan Nomor 57/2017 tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi Beras.

Namun demikian, menurutnya, Bulog memerlukan kesinambungan kerja sama operasi pasar melalui ritel modern pada tahun depan. Pasalnya, sejauh ini Kementerian Perdagangan hanya mewajibkan program operasi pasar hingga  31 Desember 2019.

Untuk itu dia mengharapkan kerja sama antara Bulog dan Aprindo dapat berlanjut dan bersifat permanen. Mengingat, menurutnya, potensi pasar perberasan di ritel  modern cukup besar.

“Bulog punya kelebihan sebagai perusahaan di Indonesia yang punya stok beras medium paling besar. Tentu tidak ada salahnya kami ditetapkan sebagai penyalur utama beras medium bagi ritel modern,” ujarnya.

Di sisi lain, lanjutnya, penyaluran melalui ritel modern dapat menjadi salah satu solusi bagi Bulog di tengah kegamangan pengelolaan CBP. Pasalnya, perusahaan pelat merah tersebut tengah terjepit oleh belum harmonisnya peraturan pemerintah mengenai penugasaan pengelolaan CBP oleh Bulog.

Sementara itu, Ketua Umum Aprindo Roy N. Mandey mengatakan ritel modern memiliki potensi yang besar untuk membantu menyalurkan beras Bulog dalam rangka operasi pasar. Pasalnya, peritel di Tanah Air telah memilki jaringan penjualan yang cukup besar. Dia memperkirakan, serapan beras medium dari Bulog oleh peritel modern bisa mencapai 100.000 ton hingga akhir tahun nanti.

“Kami memiliki segmen konsumen yang relatif merata, mulai dari kelas menengah ke atas dan ke bawah. Tentu segmen pasar ini cukup signifikan untuk dijangkau operasi pasar beras,” katanya.

Terpisah, pengamat pangan dari Perhimpunan Ekonomi dan Pertanian Indonesia (PerhepiHusein Sawit memperkirakan penyaluran beras melalui operasi pasar di ritel modern tidak akan terlalu signifikan.

Pasalnya, menurutnya, segmen pasar ritel modern bukan didominasi oleh konsumen beras medium. Di sisi lain harga beras di pasar saat ini cenderng masih stabil, sehingga konsumen belum akan tertarik membeli dan menyimpan beras dalam volume yang besar.

“Perusahaan ritel modern pun saya kira tidak akan berani menyerap beras Bulog dengan jumlah besar dalam waktu dekat. Sebab harga dan permintaan beras medium belum ada tanda-tanda peningkatan hingga bulan ini, meskipun jika melihat kondisi di lahan pertanian, banyak yang sudah mulai mengalami gangguan produksi,” katanya.

Kendati demikian dia melihat upaya Bulog untuk masuk ke pasar ritel modern dalam menyalurkan CBP sudah tepat. Mengingat jaringan bisnis dan logistik ritel modern memiliki jangkauan yang sangat luas. Hal itu dibutuhkan untuk melengkapi jalur distribusi CBP yang selama ini hanya terbatas di pasar tradisional dan gerai penukaran BPNT. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper