Bisnis.com, JAKARTA - Pengembangan konektivitas wilayah timur Indonesia dinilai tidak hanya mengandalkan pengembangan bandara, perlu ditunjang dengan peran aktif maskapai, layanan navigasi udara, hingga informasi cuaca.
Pemerhati penerbangan sekaligus Anggota Ombudsman RI Alvin Lie mengatakan bandara hanya salah satu komponen dalam sistem transportasi udara. Tidak bisa hanya mengandalkan beberapa bandara berkategori pengumpul.
"Selain bandara harus ada maskapai yang mengoperasikan penerbangan baik berjadwal maupun tidak berjadwal. Selain itu juga peran AirNav Indonesia dan BMKG," katanya, Senin (4/11/2019).
Dia menambahkan bandara pengumpul (hub) juga membutuhkan bandara pengumpan (spoke) sebagai perluasan dari konektivitas. Perlu adanya kesetaraan layanan maupun fasilitas antara keduanya.
Menurutnya, tidak semua bandara bisa melayani pesawat jet karena keterbatasan landasan pacu (runway). Di sisi lain, pesawat bermesin baling-baling juga perlu diatur pola pengoperasiannya saat singgah di bandara hub.
Dia menekankan pentingnya peran AirNav Indonesia dan BMKG untuk penerbangan di wilayah timur. Topografi yang unik membuat aspek keselamatan dan keamanan sering menjadi isu utama.
Infrastruktur navigasi, frekuensi radio, dan layanan kenavigasian harus tersedia pada setiap bandara. Peran BMKG adalah untuk menyediakan informasi cuaca yang akurat dan selalu diperbarui.
"Terutama wilayah Papua yang bisa mengalami perubahan cuaca ekstrim dalam waktu yang cepat. Ini tantangan utama," ujarnya.
Di sisi lain, agar bandara pengumpan bisa tetap bertahan, pemerintah harus bisa meningkatkan daya tarik daerah, bisa melalui sektor pariwisata, perdagangan, industri, maupun sumber daya alamnya.