Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan memperluas cakupan area proyek gasifikasi pembangkitan listrik dari Indonesia bagian timur ke bagian tengah demi mencapai nilai keekonomian tarif sebesar US$12 sen per kWh.
Pemerintah sebenarnya menargetkan agar pembangkit tenaga mesin gas maupun gas uap (PLTG/PLTGU) di Indonesia bagian timur untuk tidak lagi menggunakan bahan bakar minyak (BBM) sebagai energi pembangkitan pada tahun depan.
PLTG maupun PLTGU tersebut diharapkan menggunakan bahan bakar gas dalam bentuk gas alam cair (liquefied natural gas/LNG). Dengan target tersebut, PLN harus mulai mencari mitra untuk melakukan distribusi gas (midstream).
Kementerian ESDM mengaku sudah berupaya untuk mempertemukan sejumlah mitra dengan PLN untuk membahas distribusi gas tersebut. Salah satunya dengan pemerintah Jepang melalui Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang.
Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman Hutajulu mengatakan studi kelayakan mengenai gasifikasi pembangkitan di wilayah Indonesia Timur telah dilaksanakan. Berdasarkan studi tersebut, proyek itu akan menghasilkan tarif listrik di kisaran US$13 sen per kwh hingga US$14 sen per kWh.
“Ya, di Indonesia bagian timur yang kajian dan studinya dilakukan oleh Jepang, masih menunggu tambahan coverage area,” katanya kepada Bisnis, Kamis (31/10/2019).
Baca Juga
Menurutnya, pemerintah masih berupaya agar tarif listrik dari proyek gasifikasi tersebut mampu ditekan ke angka US$12 sen per kWh. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan memperluas coverage area proyek gasifikasi yang juga akan menyasar di Indonesia bagian tengah.
Meskipun sudah pasti akan memperluas coverage area, pemerintah belum berani memastikan apakah target gasifikasi pembangkitan benar-benar mampu dilakukan pada tahun depan.
“Secepatnya kalau sudah ketemu harga yang affordable. Dalam studi nanti,” tambahnya