Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisnis Ritel Modern: Pengusaha Bertumpu pada Momentum Natal & Tahun Baru

Para pelaku usaha ritel mengharapkan adanya kenaikan daya beli masyarakat pada kuartal IV/2019, terutama pada momentum libur Natal 2019 dan Tahun Baru 2020 guna mendongkrak penjualan mereka.
Hiasan pohon Natal terlihat di Mal Ciputra, Jakarta, Rabu (19/12/2018)./ANTARA-Dede Rizky Permana
Hiasan pohon Natal terlihat di Mal Ciputra, Jakarta, Rabu (19/12/2018)./ANTARA-Dede Rizky Permana

Bisnis.com, JAKARTA - Para pelaku usaha ritel mengharapkan adanya kenaikan daya beli masyarakat pada kuartal IV/2019, terutama pada momentum libur Natal 2019 dan Tahun Baru 2020 guna mendongkrak penjualan mereka.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey memproyeksikan adanya pemulihan daya beli masyarakat pada kuartal IV/2019, terutama pada saat momentum liburan Natal dan Tahun Baru. Hal itu dibutuhkan untuk mengompensasi melambatnya pertumbuhan penjualan ritel domestik pada kuartal III/2019.

“Kami optimistis penjualan pada Natal dan Tahun Baru nanti akan tumbuh signifikan, hingga dua digit dari periode yang sama tahun lalu. Sebab, tingkat kepercayaan konsumen untuk berbelanja akan kembali pulih setelah sempat tertahan pada kuartal III/2019 lalu,” katanya, ketika dihubungi Bisnis.com, Kamis (31/10/2019).

Dia mengakui penjulan ritel pada kuartal III/2019 mengalami perlambatan pertumbuhan. Pasalnya, pada periode tersebut daya beli masyarakat masih terganggu oleh  kondisi politik nasional yang sempat memanas.

Hal itu menurutnya tercermin dari survei Bank Indonesia (BI) yang memproyeksi penjualan ritel atau eceran pada kuartal II/2019 tumbuh melambat dibanding dengan kuartal sebelumnya. Dalam survei tersebut penjualan eceran pada kuartal III/2019 tumbuh 1,8% secara tahunan, atau lebih rendah dibandingkan dengan kuartal II 2019 yang mencapai 4,2% dan kuartal III/2019 sebesar 4,6%.

Dalam hal ini kelompok sandang menjadi yang mengalami pelambatan pertumbuhan yang paling siginfikan pada kuartal III/2019. Sektor tersebut hanya tumbuh 1% secara tahunan.

Roy meyakini tren negatif tersebut tidak akan berlanjut pada kuartal IV/2019 terutama pada saat momentum liburan Natal dan Tahun Baru. Sektor sandang diperkirakannya akan mengalami pertumbuhan penjualan yang signfikan, mengiringi tren serupa yang diprediksi akan terjadi pada sektor makanan dan minuman.

Di sisi lain, menurutnya Aprindo belum memiliki rencana untuk menggelar pesta diskon secara serempak pada Natal dan Tahun Baru nanti. Pasalnya, saat ini Aprindo sedang fokus menggelar Musyawarah Nasional yang akan dilakukan pada 11-12 November nanti.

“Kami akan serahkan ke masing-masing pelaku usaha untuk menggelar pesta diskon. Kami yakin tanpa adanya program pesta diskon yang dikoordinasi oleh Aprindo, program tersebut akan tetap dilakukan oleh para pelaku usaha secara mandiri,” katanya.

Senada  Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan optimisme para pelaku usaha untuk memanfaatkan momentum Natal dan Tahun Baru tetap tinggi kendati pada kuartal III/2019 terjadi pelambatan pertumbuhan penjualan.

Menurutnya, para pengusaha penyewaan pusat perbelanjaan mengharapkan tuah dari momentum Natal dan Tahun Baru untuk mengompensasi melambatnya pertumbuhan penjualan pada Juli-September tahun ini.

“Kami yakin, target kontribusi penjualan dari Natal dan Tahun Baru nanti akan mencapai 20% dari total omzet tahun ini. Kondisi ekonomi dan politik nasional saat ini sudah membaik, tidak ada alasan lagi bagi konsumen untuk menunda belanjanya,” katanya.

Dia mengakui sektor sandang masih akan menemui kendala dalam menggenjot penjualannya pada tahun ini. Namun dia mengklaim kendala itu bukan disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat, melainkan disebabkan oleh peralihan gaya konsumsi sandang masyarakat dari ritel luring ke ritel daring.

 Sementara itu Direktur  Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Suhanto menampik adanya pelambatan daya beli masyarakat pada kuartal III/2019. Dia pun meyakini penjualan ritel pada momentum Natal dan Tahun Baru masih akan mengalami pertumbuhan yang signifikan.

“Konsumsi masyarakat masih tinggi. Salah satunya erbukti dari data Nielsen mengenai konsumsi barang kebutuhan sehari-hari (FMCG) sepanjang Juli-September 2019 yang tumbuh 2,5%. Jadi tidak ada alasan penjualan ritel pada Natal dan Tahun Baru akan mengalami kendala,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper