Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Koperasi Simpan Pinjam Indonesia (Askopindo) dan pelaku koperasi di Indonesia merumuskan tiga poin penting usulan dalam pengembangan Koperasi dan UMKM yang konkrit dan langsung terasa kontribusinya terhadap perekonomian nasional.
Rumusan itu didapatkan dari hasil diskusi Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dengan jajaran Pengurus Askopindo dengan Ketua Umum Sahala Panggabean, MBA pada Senin (28/10/2019) di kompeks Kementerian Koperasi dan UKM.
Pakar Ekonomi Kerakyatan dan Koperasi Milenial serta Waketum Generasi Optimis (GO) Indonesia Frans Meroga Panggabean mengatakan dari hasil pembicaraan mengerucut kepada 3 point utama. Pertama, sejatinya pelaksanaan ekonomi kerakyatan membutuhkan keberpihakan aturan agar koperasi dapat memainkan peran lebih penting dalam perekonomian nasional. RUU Perkoperasian yang baru sangat mendesak segera ditetapkan menjadi UU sehingga dapat selaras menghadapi kondisi terkini dan menambah daya saing koperasi.
"Salah satu point terpenting yang akan dimuat dalam UU Perkoperasian yang baru nanti adalah setiap simpanan anggota di koperasi akan dilakukan penjaminan oleh pemerintah sebagaimana yang terjadi di perbankan," ujarnya dalam siaran pers yang diterima Bisnis.
"Pembentukan Lembaga Penjaminan Simpanan Koperasi (LPSK) ini juga dapat menjadi bentuk revitalisasi Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) sebagai solusi efektifitas dan efisiensi. Kami mendesak harus segera dilakukan revitalisasi terhadap Dekopin karena terus terang keberadaan Dekopin saat ini sama sekali tidak terasa manfaatnya kepada kami para pelaku koperasi," tegas Frans.
Selanjutnya point kedua adalah diperlukan sebuah program gerakan nasional untuk mengkampanyekan bahwa badan usaha koperasi adalah yang paling sesuai saat ini guna menggerakkan semua elemen masyarakat agar tercipta peningkatan kesejahteraan dan menurunkan kesenjangan sosial.
Generasi milenial pun harus dilibatkan aktif agar tertarik untuk berkoperasi karena prinsip dan nilai koperasi sangat sejalan dengan karakteristik dan preferensi generasi milenial. Tujuan dari gerakan itu adalah koperasi harus disukai oleh generasi milenial karena memiliki nilai utama kesetaraan dan berbagi, dimana koperasi adalah kumpulan orang dengan prinsip tata kelola "One Man One Vote" dan bukan "One Share One Vote" seperti perseroan.
"Nilai-nilai seperti itu kan milenial banget dengan kebersamaannya dan egaliternya," lanjut Frans. "Soal nama gerakan nasional itu bisa saja "Berkoperasi itu Keren" seperti yang selama ini juga dikampanyekan Generasi Optimis Indonesia," tambah Frans yang merupakan Ketua Bidang Komunikasi dan Informasi Askopindo.
Point ketiga yang mengemuka adalah program pengembangan pengusaha Koperasi dan UMKM dalam rangka peningkatan produktivitas yang Go International. Desain program pengembangan pengusaha Koperasi dan UMKM orientasi ekspor itu akan terintegrasi mulai dari hulu sampai hilir bahkan sampai pada ekspor dan pemasarannya. Pengusaha UMKM yang ikut dalam program ini nantinya akan tergabung dalam kluster dan harus berbentuk koperasi.
"Harus ada skema yang besar dan Alhamdulillah OJK serta BI juga memikirkan hal yang sama, jadi dari hasil koordinasi segera akan ada komitmen karena tujuannya untuk menaikkan ekspor dan mengurangi impor supaya neraca perdagangan kita juga tetap bagus dan akhirnya Koperasi dan UMKM kita bisa Go International," seru Teten Masduki dengan tegas.
Menyimpulkan pertemuan tersebut, Frans memberikan apresiasi positif kepada Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki karena langsung bergerak taktis untuk menjadikan ekonomi kerakyatan sebagai andalan untuk mewujudkan Visi Indonesia Maju 2030. Ritme kerja yang cepat dan taktis seperti inilah yang pastinya akan menumbuhkan aura positif dan semangat optimisme dari seluruh rakyat Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google
News dan WA Channel