Bisnis.com, JAKARTA - Potensi defisit daging sapi atau kerbau selama periode Oktober–Desember 2019 sebanyak 1.621 ton diperkirakan tak akan terlalu menimbulkan gejolak harga di tingkat konsumen.
Tingkat pertumbuhan konsumsi yang tak setinggi ketika momen Ramadan dan Idulfitri menjadi alasan relatif stabilnya harga.
Ketua Asosiasi Pedagang Daging Sapi Indonesia (Apdi) Asnawi mengatakan permintaan daging sapi di akhir tahun cenderung normal. Jika merujuk ke kondisi pada tahun-tahun sebelumnya, ia mengemukakan normalnya permintaan daging sapi dipengaruhi pula oleh konsumsi pada sumber protein lain seperti daging babi dan ikan mas.
"Momen Natal ini kan diperingati oleh umat Kristiani. Permintaan daging tidak ke sapi atau kerbau saja, bisa ke daging babi, ayam, dan ikan mas sehingga peningkatan konsumsi daging sapi tidak setinggi saat Ramadan atau Idulfitri," kata Asnawi kepada Bisnis, Senin (28/10/2019).
Asnawi mengemukakan permintaan daging sapi sejak awal Oktober pun cenderung normal. Kondisi ini tercermin dari pergerakan harga daging sapi segar yang masih berkisar di angka Rp110.000–120.000 per kilogram (kg).
"Permintaan cenderung masih lesu. Misal ada laporan potensi defisit pun belum ada kenaikan permintaan, " kata Asnawi.
Momen libur akhir tahun pun disebut Asnawi tak terlalu berdampak signifikan pada permintaan daging. Kendati ada potensi defisit, ia memperkirakan harga bakal tetap stabil.