Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ketahanan Pangan, Pemerintah Perlu Berikan Dukungan Politik

Bisnis.com, JAKARTA - Untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional perlu keputusan politik yang kuat dari pemerintah. Berbagai masalah yang muncul sebagai kendala mewujudkan ketahanan pangan harus didukung kebijakan pemerintah pusat yang kuat.
Petani memanen padi di areal persawahan kawasan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (22/1/2019)./Bisnis-Rachman
Petani memanen padi di areal persawahan kawasan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (22/1/2019)./Bisnis-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional perlu keputusan politik yang kuat dari pemerintah. Berbagai masalah yang muncul sebagai kendala mewujudkan ketahanan pangan harus didukung kebijakan pemerintah pusat yang kuat.

"Bicara pangan, maka kita langsung berpikir produksi beras," ujar anggota DPR Herman Khaeron.

Dia mengatakan itu saat berbicara di  Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Indopos.co.id dengan tema Tantangan dan Peluang Pangan Dalam Negeri, Senin (21/10/2019) di Swisbel Hotel, Pondok Indah, Jakarta Selatan. 

Namun, lanjut Herman, berkurangnya luas lahan pertanian menjadi masalah krusial. Sementara, mencari lahan baru yang cocok untuk pertanian, seperti sawah, tidak mudah. Oleh karena itu, harus ada keputusan politik yang kuat. Lahan pertanian tidak boleh diubah. Supaya lahan pertanian yang ada saat ini, tidak terus menyusut.

Berkurangnya lahan pertanian, di antaranya karena gencarnya pembangunan, seperti infrastruktur, industri, dan perumahan. 

"Jadi, butuh keputusan politik yang kuat, untuk melindungi lahan pertanian," kata politisi Partai Demokrat ini. Menurutnya, diversifikasi pangan juga perlu dilakukan. Selain beras, juga ada sagu dan jagung. Serta memaksimalkan potensi perikanan. Di mana luas lautan Indonesia, dua pertiga dari daratan.

Pembicara lain yang hadir, yakni Kepala Bidang Ketersediaan Pangan, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian Rachmi Widiriani. Guru Besar Ilmu Ekonomi IPB, Hermanto Siregar dan Pengamat Pertanian Khudori.

Kepala Bidang Ketersediaan Pangan, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian Rachmi Widiriani mengatakan, sejak 2012 ketahanan pangan dan gizi terus disosialisasikan. 

"Ada dua hal yang penting terkait ketahanan pangan dan gizi. Pertama, kecukupan pangan tidak hanya cukup jumlahnya. Tapi juga bagaimana pangan mensupor untuk kesehatan. Kedua, bagaimana kelanjutan pangan itu diproduksi," ujarnya. 

Rachmi mengatakan, pihaknya akan terus menyuarakan ketahanan pangan dan gizi. Selain itu, efektifitas ketahanan pangan, dan sanitasi serta pencegahan infeksi menjadi perhatian. 

Seberapa kuat ketahanan pangan dan gizi kita.  Pada 2015-2018 ada 177 kabupaten/kota yang meningkat status ketahanan pangannya. Global food security indeks kita juga naik, dari 74 ke 65. Selain itu, rata-rata pertumbuhan pangan strategis, terdapat peningkatan. Seperti produksi padi, jagung, cabe, dan sebagainya. 

"Dari sisi ketersediaan energi, juga mengalami peningkatan. Kami sudah menghitung itu," ungkapnya.

Sementara itu, Guru Besar Ilmu Ekonomi IPB, Hermanto Siregar mengatakan bicara lahan pertanian dan sumber komoditi pangan, masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Misal GDP pertanian  masih berkontribusi PDB 13%, mayoritas dari berbagai komoditi dari Jawa.

"Apa yang terjadi kalau pulau Jawa rusak ekosistemnya. Padi lebih dari separuh dari Jawa," ujarnya.

Menurut Hermanto, ancaman konversi lahan selain infrastruktrur, perumahan industri juga fragmentasi lahan. 

"Misal seseorang dapat warisan tanah pertanian 5 hektare pertanian, itu akan terus menyusut lahannya, dibagi ahli waris dan seterusnya," ujarnya.

Dia sepakat perlunya perlindungan lahan pertanian. Serta dilakukan diversifikasi pangan. 

Sementara itu, Pengamat Pertanian, Khudori mengatakan, kebijakan stabilisasi harga pangan harus ada.

"Sekarang apa yang dilakukan,satu-satunya beras. instrumen stabilisasi pasar, yang masih ada operasi pasar. Hampir semua mekanisme pangan di luar beras diserahkan ke pasar," ujar Khudori.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper